Nunukan – Tak memperdulikan terik Matahari, Puluhan Relawan dan aktivis sosial Nunukan dari Posko Bersama Peduli Bencana Nusa Tenggara Timur (NTT) berkonsentrasi di beberapa titik jalan protokol di Kota Nunukan, Selasa (6/4).
Dengan menjadikan para pemakai jalan sebagai obyek donatur, mereka melakukan aksi penggalangan dana sebagai bentuk kepedulian terhadap korban bencana Banjir Bandang yang melanda 10 Kabupaten dan 1 Kota di Provinsi NTT.
Donasi yang terkumpul pun terbilang spektakuler. Pasalnya, hanya 2 jam 40 menit yakni sejak pukul 15:00 WITA hingga pukul 17:40 WITA, total donasi yang mereka kumpulkan mencapai RP. 27. 889.000 + 1 Ringgit Malaysia. Sehingga total donasi keseluruhan sejak aksi penggalangan dana pada Senin 5 April 2021, terkumpul sebanyak Rp. 36 juta.
Koordinator Posko Bersama, Abu Saman mengapresiasi masyarakat Nunukan yang telah berdonasi. Menurutnya, dari jumlah donasi yang terkumpul adalah sebuah bukti bahwa masyarakat Nunukan sangat tinggi empati dan kepeduliannya terhadap penderitaan sesama.
“Alhamdulillah, dari donasi yang terkumpul, kita juga dapat melihat tingginya sikap Solidaritas masyarakat Nunukan terhadap saudara-saudaranya yang terkena musibah,” tuturnya, Selasa (6/4)
Lebih lanjut Abu Saman mengungkapkan , rencananya bantuan yang telah terkumpul akan didistribusikan langung ke lokasi bencana. Namun ia menyatakan, sambil tetap melakukan penggalangan dana, pihaknya terus berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait terutama mengenai pendistribusian bantuan tersebut.
‘Kita terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait. Namun kita juga telah siapkan Relawan apabila nantinya bantuan harus didistribusikan langsung,” jelasnya
Diketahui, selain menerima penyaluran donasi dalam bentuk uang, Posko Bersama juga menerima bantuan dari masyarakat berupa pakaian layak pakai, perlengkapan bayi dan makanan instan. Sebagaimana terpantau, bantuan berupa makanan dan pakaian layak pakai mulai berdatangan di Posko Bersama yang beralamat di Jl. RA Kartini, Nunukan.
Sementara dampak dari Banjir Bandang di NTT sendiri, hingga Selasa 6 April 2021, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 128 orang meninggal dunia dan sebanyak 8.424 orang dari 2.019 keluarga mengungsi.
“(Meninggal dunia) Dengan rincian Kabupaten Lembata 67 orang, Flores Timur 49, dan Alor 12,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati melalui keterangan tertulis, Selasa (6/4
Sementara itu jumlah pengungsian terbesar berada di Kabupaten Sumba Timur: 7.212 jiwa (1.803 KK), Lembata 958 orang, Rote Ndao 672 jiwa (153 KK), Sumba Barat 284 (63 KK) dan Flores Timur 256.
“Orang hilang mencapai 72 orang, dengan rincian Kabupaten Alor 28 orang, Flores Timur 23, dan Lembata 21,” kata Raditya menambahkan.
“Pemerintah daerah terus memutakhirkan data dari kaji cepat di lapangan. Warga yang mengungsi tersebar di lima kabupaten di wilayah Provinsi NTT,” kata Raditya.
Raditya menyebut bencana dipengaruhi cuaca buruk berupa siklon tropis. Kondisi tersebut berdampak di delapan wilayah administrasi kabupaten dan kota antara lain Kota Kupang, Kabupaten Flores Timur, Malaka, Lembata, Ngada, Sumba Barat, Sumba Timur, Rote Ndao dan Alor.
BNPB turut mencatat kerugian materil yang diakibatkan cuaca ekstrem di NTT ini antara lain 1.962 unit rumah terdampak, 119 unit rumah rusak berat (RB), 118 unit rumah rusak sedang (RS) dan 34 unit rumah rusak ringan (RR), sedangkan fasilitas umum (fasum) 14 unit RB, 1 RR dan 84 unit lain terdampak.
Kerusakan tersebut dengan rincian di Kota Kupang 10 unit rumah rusak sedang dan 657 unit rumah terdampak. Kemudian di Kabupaten Flores Timur 82 unit rumah rusak berat, 34 unit rumah rusak ringan, 97 unit rumah terdampak dan delapan unit fasum rusak berat. Sementara di Kabupaten Malaka, 1.154 unit rumah terdampak dan 65 fasum terdampak. Di Kabupaten Ngada 4 unit rumah rusak berat, dua unit rumah rusak sedang dan satu fasum terdampak. (Eddy Santry)