Meky Ruwayari : “Kembalinya Orang Papua Ke Pangkuan NKRI Tidak Bisa Diganggu Gugat…!”

Berandankrinews.com, Jayapura- Persoalan Papua telah selesai dalam bingkai NKRI 1 mei 1963 untuk itu saatnya kita membangun bangsa dan negara. Kalau pun ada suara-suara sumbang yang mempersoalkan masuknya papua ke dalam bingkai NKRI hal itu adalah merupakan hal yang biasa di alam demokrasi di Indonesia. Pembangunan tetap terus kita jalankan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial bagi rakyat papua.

Momentum 1 mei 1963 masuknya papua ke dalam bingkai NKRI adalah merupakan hari bersejarah bagi orang asli papua dimana dengan momentum tersebut orang papua bisa menikmati pembangunan hingga di saat ini dan dengan kehadiran produk UU otonomi khusus di tanah Papua dapat menghasilkan pemimpin di tanah Papua hampir 99 persen adalah orang asli papua (OAP) seperti Gubernur Papua, Ketua DPRP Papua, Ketua MRP Papua, Bupati dan Walikota di Papua merupakan anak adat asli papua.

Hal ini adalah merupakan sebuah kemajuan yang sangat besar bagi peradaban orang papua dalam bingkai NKRI, itu berarti masa depan tanah Papua ditentukan oleh orang papua sendiri yang memegang kendali politik dan pemerintahan di tanah Papua. Demikian perbincangan Meky Ruwayari dengan reporter selaku Koordinator Wilayah Papua Gerakan Rakyat Cinta Negara Kesatuan Republik Indonesia (Gercin-NKRI) di sela-sela jalan santai bersama masyarakat di Jayapura, Rabu, 1 Mei 2019.

“Kita tidak usah terus berteriak-teriak dan menyalahkan pemerintah pusat akan segala kebijakannya untuk pembangunan di tanah Papua, namun kita Orang Asli Papua (OAP) para pemimpinnya harus benar-benar melakukan evaluasi kepemimpinan di papua kenapa papua tidak sejahtera padahal kewenangan kita sudah miliki dalam akselerasi percepatan pembangunan di tanah Papua.” ujar Meky.

Hal ini harus kita renungkan bersama sejauh mana kontribusi pembangunan yang signifikan yang telah diberikan oleh pemimpin-pemimpin di tanah Papua untuk rakyatnya yang ada di lembah lembah gunung-gunung garai dan pantai.

Kami berterima kasih kepada Walikota jayapura DR. Tomi Mano MM yang telah mensupport kegiatan 1 Mei dengan baik di mana kami dari gerakan rakyat cinta (Gercin-NKRI) telah melaksanakan gerak jalan santai dalam rangka memperingati 1 Mei hari integrasi papua kedalam NKRI dengan melibatkan massa yang cukup banyak yaitu hampir kurang lebih 5 ribu lebih massa yang hadir dalam kegiatan jalan santai tersebut.

Kami juga tak lupa mengucapkan terima kasih banyak kepada Komandan Korem 172 PWY Kolonel Infantri Binsar Sianipar beserta staf serta Komandan Kodim 1701 Letkol Infantri J. Paranusa beserta staf yang sudah bersinergi dengan gerakan rakyat cinta NKRI bersama Walikota Jayapura serta Kapolresta Jayapura AKBP Gustaf Urbinas S.IK guna suksesnya acara tersebut.

Karena saya sebagai Koordinator Wilayah yang ditugaskan oleh Ketua Umum DPN Gercin-NKRI untuk mengawal dan mensukseskan kegiatan tersebut dengan berkoordinasi dengan semua elemen masyarakat yang ada di kota Jayapura.

Kami juga sangat berharap agar supaya kegiatan-kegiatan kebangsaan seperti ini juga dilakukan oleh Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan Papua Barat agar supaya dapat memberikan pencerahan-pencerahan yang positif bagi generasi muda papua bahwa persoalan papua integrasinya ke dalam NKRI sudah selesai namun saatnya generasi muda papua berlomba-lomba untuk belajar dengan baik dan mengisi kemerdekaan yang ada serta jangan menyia-nyiakan waktu yang Tuhan berikan kepada kita namun sebaliknya pergunakan waktu tersebut dengan baik guna membangun bangsa dan negara.

Karena setiap detik, setiap waktu, setiap menit dan jam serta tahun akan ada perubahan untuk itu generasi saat ini harus menjemput perubahan tersebut, sebab kalau kita tidak menjemput perubahan tersebut maka kita akan digilas oleh perubahan, karena bumi ini selalu berputar pada porosnya.

Kami juga tak lupa mengucapkan terimah kasih banyak kepada Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia khususnya Direktorat Jendral Politik dan Pemerintahan Umum yang telah bekerjasama dengan gerakan rakyat cinta NKRI untuk melaksanakan forum kemitraan Ormas dalam rangka peningkatan kapasitas kelompok perempuan dan penyandang difabel dan kelompok rentan/ marjinal lainya yang di laksanakan pada tanggal 30 April 2019 di hotel Sahid Jayapura Papua yang telah berjalan dengan sukses.

Kami tetap terus akan melaksanakan konsolidasi organisasi secara nasional dan terlebih khusus di Tanah Papua kami akan melaksanakan musyawarah daerah dan pelantikan DPD Gercin-NKRI Papua setelah itu kami akan melakukan musyawarah dan pelantikan di kabupaten kota se-Papua, namun kami masih menunggu instruksi dari Dewan Pimpinan Nasional, di mana setelah dewan pimpinan nasional
dilantik, setelah itu kami akan bergerak di daerah- daerah lain di Indonesia sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh Ketua Umum Gercin-NKRI kepada kami sebagai Koordiator Wilayah provinsi-provinsi di indonesia.

Sebab Gercin-NKRI memiliki pola kepemimpinan satu Komando, karena Gercin-NKRI merupakan organisasi pengkaderan di mana kader-kader terbaik anak bangsa dididik atau digodok untuk menjadi pemimpin bangsa yang amanah dan berintegritas yang tinggi bagi bangsa dan negara.

“Kami rencananya melalui Dewan Pimpinan Nasional Gercin-NKRI akan melaksanakan kegiatan di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta Timur, masih dalam semangat hari 1 Mei integrasi Papua kedalam NKRI dengan melibatkan mahasiswa dan pelajar papua se-Jabodetabek serta masyarakat pada umumnya untuk memperingati hari bersejarah bagi orang Papua, NKRI dan internasional.” pungkas Meky. (fri)

Gedung Sasono Utomo TMII Jadi Saksi Sejarah Masyarakat Pers Indonesia

Berandankrinews.com,Jakarta – Sasono Utomo TMII (Gedung Negara Indonesia) yang terletak di Jalan Raya Taman Mini, Jakarta Timur, akan jadi tempat pelaksanaan Musyawarah Besar (Mubes) Pers Indonesia 2018, yang akan diselenggarakan pada Selasa, 18 Desember 2018.

Sejarah singkat Sasono Utomo TMII ini, berdasarkan penuturan pengelola gedung, selama puluhan tahun sejak dibukanya Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Sasono Utomo TMII menjadi salah satu tempat yang dijadikan sebagai Gedung Penerima hampir semua tamu negara, yang sekaligus menjadi tempat memperkenalkan Indonesia di semua bidang: ideologi, politik, ekonomi, dan sosial-budaya. Oleh karena itu dinamakan Gedung Negara Indonesia.

Usai pemaparan tentang Indonesia, termasuk filosofi bangsa Pancasila dan sesandi Bhinneka Tunggal Ika, para tamu negara akan diajak keliling Indonesia dengan melihat anjungan-anjungan tiap provinsi yang ada di areal TMII. Sayangnya, sejak Presiden Soeharto lengser, kebiasaan penerimaan tamu negara di Sasono Utomo TMII itu tidak dilanjutkan.

Pada hari Selasa, 18 Desember 2018, Sasono Utomo TMII akan mencatatkan satu sejarah penting Bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan Musyawarah Besar Pers Indonesia.

Ketua Tim Pelaksana Mubes Pers Indonesia, Wilson Lalengke yang juga orang nomor satu di jajaran Sekber Pers Indonesia sekaligus Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) ini mengatakan, bahwa dalam Mubes Pers Indonesia nantinya, pihaknya akan menggelar deklarasi serta penyampaian tuntutan Pers Indonesia.

“Dalam Mubes Pers Indonesia nantinya kami akan menggelar deklarasi Pembentukan Dewan Pers Independen serta menyampaikan aspirasi dan tuntutan Pers Indonesia untuk mewujudkan Kemerdekaan Pers dan kehadiran Negara dalam pemberdayaan Masyarakat Pers Indonesia,” pungkas Alumni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012 itu. (tim/red/Win)

Dua Nelayan WNI di Perairan Sabah Malaysia di Culik, 1 Orang Lainnya Tertembak

Berandannkrinews.com, Nunukan (Kaltara)-Dua Nelayan WNI Diculik diperairan Sabah, Malaysia dan 1 Nelayan Tertembak.

Dari informasi ILO TNI Tawau, Mayor Inf. Ronaldi Konstangin, S.Sos, MM, M.Si mengatakan pada Rabu (5/12) telah terjadi penembakan terhadap satu orang WNI bernama Didi Saviady (40) asal Riau dengan Nomor Passport B1664758.

“Merupakan Kapten Kapal Magtrans II (Tug Boat Tongkang) yang berangkat dari Bintulu menuju Papua New Guinea,” Jelas Ronaldi.

Diungkapkan Ronaldi Sekitar pukul 14:00  Kapal Tug Boat Magtrans II dengan jumlah crew sebanyak 13 orang, 11 orang WNI dan 2 orang Warga Malaysia yang menarik sebuah Kapal Tunda/Tongkang dengan muatan kosong berangkat dari dermaga Bintulu, Serawak Malaysia dengan tujuan Port Moresby Papua New Guinea.

Tambahnya disekitar perairan Kinabatangan, Sabah Malaysia pada koordinat 5°38.375’ N 118°57.439’ E, Didy Saviady melaksanakan Shalat Magrib di anjungan, secara sekilas Sang kapten melihat adanya cahaya dari samping kanan kapal, saat itu kapal berkecepatan 5-6 knot pada saat dijaga oleh Irwan Syukur.

“Kapten Kapal mengintip secara perlahan keluar melalui jendela dan langsung ditembak oleh kawanan OTK yang diperkirakan berjumlah  4 orang bersenjata yang mengunakan topeng, Didy tertembak tepat mengenai paha kiri di atas lutut,” jelas Ronaldi.

Ronaldi menuturkan, setelah mendengar suara tembakan tiga kali oleh kawananan OTK yang diperkirakan menggunakan perahu karet dengan 4 mesin tersebut, Irwan langsung menyampaikan kepada rekannya yang berada di dalam dek untuk menutup jendela dan pintu serta.  Muahlim 1 juga mengintruksikan agar menambah kecepatan menjadi  9 knot, sehingga kapal OTK tak mampu menahan gelombang air yang ditimbulkan Kapal Magtrans II.

Dengan kecepatan menjadi 9 knot Muahlim 1, menembakkan tanda isyarat berwarna merah ke udara 6 kali serta membunyikan sirene tanda emergency sambil tetap melakukan panggilan darurat kepada stasiun terdekat melalui Radio Channel 12  dan 16  serta  menggunakan HT.

“Hampir 1 jam baru ada jawaban panggilan dari Kapal Tambisan 2 yang berada di sekitar perairan Tambisan, kemudian langsung mengarahkan panggilan kepada pihak ESSCom. Kemudian pihak ESSCom langsung menghubungi melalui HP milik Muahlim 1 karena suara radio kurang jelas,”Jelas Ronaldi.

Lanjutnya, Kapal ESSCom dari Kinabatangan dengan anggota berjumlah 4 orang menjemput Kapten Kapal yang terluka di Kapal Magtrans II beserta 4 orang ABK, kemudian 4 ABK dibawa ke Klinik di Tambisan agar diberikan pertolongan.

“secepatnya dirujuk ke Rumah Sakit Lahad Datu untuk mendapatkan penanganan intensif,” jelas Ronaldi

Kemudian Ronaldi mengungkapkan  pada Kamis (6/12/18) sekitar pukul 01.00, Kapal Magtrans II dijemput oleh Pasukan Polis Marin (PPM) Lahad Datu. Selanjutnya diiring menuju ke dermaga PPM Lahad Datu untuk pengamanan maupun olah TKP.

Ronaldi menuturkan pada 10 Desember 2018 diperoleh informasi dari jaringan agen dan sumber terbuka bahwa pada hari Rabu (5/12/18) setelah upaya penculikan yang gagal oleh kelompok penculikan untuk tebusan (kidnapping for ransom group) pada kapal Tugboat di wilayah Pegasus Reef, Pulau Tambisan, Lahad Datu, Sabah. Diperoleh informasi bahwa kelompok penculikan untuk tebusan yang sama terlibat dalam sebuah kasus penculikan lain yakni tiga nelayan yang bekerja pada sebuah kapal Trawl (kapal pukat lengkong) milik perusahaan perikanan di Sandakan, Malaysia.

“Penculikan itu terjadi ketika mereka dalam perjalanan pulang ke Philipina setelah gagal menculik ABK kapal Tugboat Magtrans II dan menembak awak kapalnya, dalam perjalanan pulang mereka bertemu kapal Trawl Malaysia yang sedang mencari ikan di perairan sekitar Pegasus Reef, dan kelompok penculik itupun langsung menaiki kapal Trawl tersebut dan menculik 3 (tiga) ABK-nya, dua orang warga negara Indonesia (WNI) dan satu orang warga negara Malaysia,” Jelas Ronaldi.

Ronaldi mengatakan perkembangan situasi dari kasus penembakan dan penculikan WNI di wilayah perairan timur Sabah (Esszone) menyarankan pimpinan daerah memberikan peringatan dini kepada instansi terkait, agar dapat memberikan himbauan kepada seluruh WNI yang akan berkunjung atau bekerja di Sabah untuk sedapat mungkin menghindari kawasan pantai/perairan timur Sabah karena saat ini diperoleh informasi bahwa aksi teroris ataupun penculikan sedang mencari target yang memiliki umpan balik tinggi dari segi finansial bagi kelompok Abu Sayyaf.

Dengan melihat tidak jelasnya aparat keamanan Malaysia (ESSCom) menanggapi setiap aksi penculikan di kawasan perairan timur Sabah maka sangat diperlukan kerjasama trilateral berkelanjutan (Philipina, Malaysia, Indonesia) untuk monitoring dan pengamanan di laut Sulu dan perairan timur Sabah.

Tambahnya, Perlunya meningkatkan koordinasi yang terbuka, intens dan setara bagi aparat keamanan terkait (Philipina, Malaysia, Indonesia).

“Guna mengoptimalkan pertukaran informasi terkait rencana dan aksi penculikan yang akan dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf sehingga kedepan aksi penculikan untuk tebusan di wilayah laut Sulu dan perairan timur Sabah dapat diminimalisir dan dinihilkan,” terang Ronaldi. (Reta/Hms Polres)