WAJO – Acara Sosialisasi Hasil Identifikasi dan Penguatan Aksi Adaptasi Perubahan Iklim Berbasis Ekosistem di Wilayah Danau Tempe, oleh Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia yang bertempat di Hotel Sermani Sengkang, Kamis 29 Agustus 2019 dan akan berlangsung sampai dengan 30 Agustus 2019.
Ekosistem Danau Tempe merupakan salah satu danau prioritas yang perlu diselamatkan karena tingkat kerusakannya berupa sedimentasi yang cukup tinggi dan merupakan ekosistem yang sangat berpengaruh terhadap ketahanan ekonomi serta ketahanan sosial dan sumber kehidupan masyarakat di wilayah sekitarnya.
Danau Tempe meliputi wilayah tiga kabupaten, yakni Wajo, Sidenreng Rapang (Sidrap), Soppeng, namun dari ketiga kabupaten tersebut, Kabupaten Wajo yang wilayahnya paling luas berada di tepi Danau Tempe sehingga kondisi ekosistem Danau Tempe sangat berpengaruh terhadap kondisi ekonomi, sosial, budaya masyarakat Kabupaten Wajo.
Sambutan dari Sekretaris Daerah Kabupaten Wajo H. Amiruddin A, S.Sos., M.M. menyampaikan ucapan selamat datang serta salam hormat dan permohonan maaf dari Bapak Bupati Wajo atas ketidak hadirannya, yang mana sebenarnya berkehendak hadir pada acara ini, tapi karena ada acara bersamaan sehingga mewakilkannya.
“Kekayaan alam yang luar biasa ada di Danau Tempe, dan tantangannya dengan perubahan iklim di masa mendatang, bagaimana kita adakan kegiatan ilmiah untuk mengkajinya,” ungkap H. Amiruddin A, S.Sos., M.M.
“Mewakili Pemerintah Kabupaten Wajo, kami ucapkan selamat datang di Kabupaten Wajo kepada perwakikan Kabupaten Bone, Soppeng dan Sidrap sebagai penikmat atau penerima dampak dari pada Danau Tempe,” Sekretaris Daerah Kabupaten Wajo menambahkan.
Lebih lanjut dikatakatakan kalau tanggung jawab moral secara aktif sesuai bidang tugas dalam menyikapi dampak dari pada Danau Tempe dan sering didengar, kalau Danau Tempe adalah cermin raksasa dan merupakan Danau tektonik dan memiliki keunikan tersendiri, sehingga ekosistemnya juga punya keunikan tersendiri, Danau Tempe jadi proyek nasional di Indonesia, buktinya Kementerian lingkungan hidup datang ke sini untuk melakukan kajian, terangnya.
“Makanya hari ini dilakukan sosialisasi dan diharapkan hasil ini jadi petunjuk awal bagi kita, Danau Tempe itu seperti apa dan ada Buku yang diterbitkan tentang hal ini,” tutur H. Amiruddn A, S.Sos., M.M.
Lebih lanjut dijelaskan kalau Danau Tempe ini merupakan pengembangan terintegrasi, bagaimana memanfaatkan sumber daya airnya, bagaimana sumber daya yang melimpah ini dikelola dengan baik jangan cuma jadi bencana, bagaimana di sektor pertanian dimanfaatkan, ini yang yang bisa juga manfaatkan di sisi pariwisata.
Juga dikatakan kalau di Wajo sudah diadakan revitalisasi dan ada tiga pulau yang terbentuk, dan oleh Bapak Bupati Wajo akan dijadikan destinasi wisata terbesar di Provinsi Sulawesi Selatan, akan nantinya dikelola sumber daya Danau Tempe sehingga menjadi destinasi wisata di Sulawesi Selatan, di sini manajemen dan keterlibatan usaha mikro atau kecil, stakeholder untuk ambil peran dan bersinergi, jangan ada ego sektoral, harus berkolaborasi bersama, bentuk forum yang dianggap lintas sektor.
“Budaya Maccera Tappareng, Bungka Toddo, Makkoti merupakan warisan budaya dan istilah ini merupakan kearifan lokal yang tumbuh bersama keberadaan Danau Tempe sekarang,” paparnya.
Ada program SERASI juga dari Kementerian dan dibuka langsung oleh Bupati Wajo beberapa waktu yang lalu dengan mengundang beberapa Kabupaten tetangga, kegiatan ini juga terintegrasi melalui Kementerian Pertanian, ini bisa dioptimalkan supaya bisa terakselerasi dengan pertanian di Kabupaten Wajo, dikelola dengan baik supaya jangan terbuang percuma airnya, diberikan sentuhan teknologi sehingga mudah mudahan program serasi dapat lancar dan terprogram dengan baik.
Juga dikatakan kalau Danau Tempe pernah dikenal dengan nama mangkok ikan, dan seiring adanya sedimentasi hal ini sudah berubah juga, ada ikan sapu-sapu yang berkembang di Danau Tempe, ini bisa berguna atau tidak, bagaimana ikan ini bisa dimanfaatkan, karena ikan ini menjadi ikan pengganggu.
“Harapan kami dalam kegiatan sosialisasi ini Pemerintah Wajo berharap ini jadi pedoman sebagai urusan pemerintahan dari sisi mandatori, sisi pendidikan, kesehatan yang saling terhubung, dan berharap dari 3 kabupaten yang diundang agar punya pikiran yang sama, ingin menjadikan Danau Tempe jadi ekosistem yang terintegrasi dari sisi pemukiman, sosial, ekonomi, budaya dan pariwisata serta bagaimana 4 Kabupaten ini bisa mengawal Danau Tempe dengan baik,” tutup Sekretaris Daerah Kabupaten Wajo di Akhir sambutannya.
Dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia Direktur Adaptasi Perubahan Iklim KLHK diwakili oleh Kasubdit Adaptasi Ekologi Alami, Nuraeni, S. Hut, MES mengatakan bahwa dalam rangka mensosialisasikan hasil identifikasi tersebut, serta untuk mendorong kegiatan aksi adaptasi perubahan iklim berbasis ekosistem di wilayah Danau Tempe.
Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim akan menyelenggarakan kegiatan Pendampingan Adaptasi Perubahan Iklim Berbasis Ekosistem berupa sosialisasi hasil tersebut dan melakukan penguatan upaya aksi adaptasi berbasis ekosistem.
“Kegiatan dilaksanakan di dua lokasi yakni di Kota Makassar dan Kota Sengkang Kabupaten Wajo. Kegiatan di Kota Makassar dilakukan dengan mengundang Kelompok Kerja Danau Tempe, sedangkan kegiatan di Kota Sengkang, Wajo dilakukan dengan mengundang berbagai para pemangku kepentingan di wilayah ekosistem Danau Tempe seperti dinas atau organisasi pemerintah daerah terkait, kepala desa dan tokoh masyarakat serta lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan'” kata Nuraeni, S. Hut, MES.
Dan dijelaskan kalau tujuan dari rangkaian acara ini adalah untuk mengenalkan pentingnya pertimbangan perubahan iklim dalam pengelolaan ekosistem Danau Tempe yang berkelanjutan; Mendorong pengelolaan ekosistem Danau Tempe yang berketahanan iklim, sehingga mampu memberikan jasa layanan dalam mendukung ketahanan iklim wilayah sekitar Danau Tempe.
Adapun narasumber selama kegiatan ini dari Direktorat Adaptasi Perubahan IklimDr. Perdinan (Fakultas MIPA IPB) LSM Menuju Indonesia Hijau dan Hardi buhaerah (lokasi proklim Poleonro Bone) Ridwan (USAID – APIK).
Juga dalam acara ini hadir dari beberapa Kepala Dinas di Kabupaten Wajo diantaranya Kepala Dinas Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Wajo Andi Muh. Baso Iqbal, S.T., M.Si. dan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Wajo Drs. H. Andi Darmawangsah, M.Si. serta beberapa dari Perangkat Daerah Kabupaten Wajo serta beberapa Pejabat dan Perangkat Daerah dari Kabupaten Sidrap, Sopeng dan Bone.
( Humas Pemkab Wajo )