Nunukan – Gerak lincah gemulai menyita perhatian penonton dan undangan yang hadir. Tarian bernafaskan budaya Suku Tidung yang diperankan oleh delapan pemuda pemudi dari sanggar tari Bebilin Taka, Kampung Rambutan ini serasa indah untuk dinikmati baik dari kekompakan gerakannya maupun dari makna yang dikandung dari kisah yang melatarbelakanginya.
Dalam tampilan musik dan gerakan, tarian bertajuk “Jepen Kisah Kasih” ini menceritakan kisah cinta terlarang antara pemuda nelayan dengan Putri bangsawan. Para keluarga dan sahabat sangat menentang kisah Cinta berbeda kasta ini. Karna menurut mereka bangsawan hanya boleh disandingkan dengan bangsawan pula.
Namun perjuangan cinta mereka sangatlah kuat, meskipun banyak sekali rintangan yang hadir mencoba memisahkan cinta mereka, hingga akhirnya semua keluarga dan sahabat pun luluh haru ketika ikut merasakan besarnya cinta mereka dan akhirnya merestui jalinan kasih antara nelayan dan Putri bangsawan itu.
Di bawah bimbingan Putra Fajar sebagai penata tari dan balutan busana etnik dari Bebilin Taka Collection, Tarian ini keluar sebagai juara Lomba Tari Jepen Kreasi dalam rangkaian pagelaran seni dan budaya Rumpun Tidung Kabupaten Nunukan yang digelar oleh GADAMARUTI Kabupaten Nunukan. Dan atas prestasinya tersebut, panitia kembali menampilkannya dalam acara penutupan kegiatan pada hari ini, Kamis (08/04) di ruang pertemuan lt. V Kantor Bupati Nunukan.
Pada kesempatan ini, dalam sambutan Bupati Nunukan yang dibacakan oleh Kepala Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Drs. Syafarudin disampaikan bahwa budaya adalah kehidupan yang memiliki makna bahwa seluruh proses kehidupan seorang manusia adalah sakral dan suci.
Diawali dari proses meleburnya kasih sayang antara suami – istri, dilanjutkan dengan proses kehidupan di alam kandungan, lahir ke alam dunia dan menjalani kehidupan, sampai akhirnya menjemput kematian adalah tahapan – tahapan yang harus dijalani oleh seorang manusia dengan penuh rasa syukur dan ikhlas. Karena kesuciannya, disampaikan bahwa masing – masing etnis atau suku di seluruh dunia menggambarkan keseluruhan proses kehidupan manusia tersebut dalam berbagai bentuk dan simbol yang sarat makna, mulai dari tari – tarian, syair, nyanyian, upacara adat dan lain sebagainya.
” Sebagai bagian dari komunitas suku yang melekat dalam diri kita masing – masing, sudah semestinya kita menghormati dan memelihara simbol – simbol budaya tersebut”, ujarnya.
Dilanjutnya seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, simbol – simbol budaya tersebut perlahan – lahan mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Dimulai dari semakin berkurangnya pemahaman masyarakat dalam memaknai simbol – simbol budaya tersebut, menganggapnya sebagai sesuatu yang kolot dan ketinggalan zaman, sampai pada akhirnya meninggalkannya sama sekali.
”Fenomena ini dialami oleh hampir seluruh suku bangsa yang ada di seluruh dunia, tidak terkecuali di kalangan suku Tidung. jika terus terjadi, maka lama kelamaan kita terancam kehilangan kebanggaan dan identitas diri sebagai sebuah etnis. orang Jawa akan kehilangan kejawaanya, orang Bugis lupa akan tradisi – tradisinya yang luhur, orang Tidung mulai meninggalkan segala anjuran dan pantangannya dan lain sebagainya, dan lama kelamaan, bangsa Indonesia pun bisa – bisa akan kehilangan ke-Indonesiaan-nya, sebagai sebuah bangsa besar yang kaya akan tradisi dan budaya – budaya adi luhung”, tambahnya.
Oleh karena itu, Bupati atas nama pemerintah dan masyarakat Kabupaten nunukan menyambut baik dan memberikan apresiasi yang setinggi – tingginya kepada jajaran Pengurus Daerah Pergerakan Pemuda dan Mahasiswa Rumpun Tidung (GADAMARUTI) Kabupaten Nunukan yang memiliki inisiatif menggelar acara pagelaran seni dan budaya rumpun Tidung ini.
”Saya yakin berbagai kegiatan yang sudah dilaksanakan selama hampir satu minggu ini, mulai dari lomba tari, bernyanyi, hingga bercerita, akan dapat menumbuhkan kembali kecintaan dan kebanggaan masyarakat suku Tidung terhadap seni dan budayanya sendiri”, ujarnya.
Di akhir sambutannya Bupati Nunukan menyampaikan pesan bahwa masyarakat memang tidak boleh ketinggalan ilmu pengetahuan dan teknologi namun tidak boleh lantas melupakan warisan seni budaya dari para leluhur.
” Khazanah budaya yang ada di tengah masyarakat harus terus digali, dipelajari makna – makna filosofinya, hingga akhirnya bisa tumbuh kecintaan dan semangatnya untuk melestarikannya. sebagaimana istilah yang saya sampaikan pada awal – awal sambutan, maka memelihara kebudayaan sama artinya dengan merawat kehidupan itu sendiri”, tutupnya.
Ketua PD GADAMARUTI Kabupaten Nunukan Herison, S.Pd dalam laporannya menyampaikan bahwa warga masyarakat cukup antusias dengan kegiatan pagelaran seni dan budaya Rumpun Tidung Kabupaten Nunukan yang digelar sejak tanggal 22 Maret yang lalu ini.
Menurut Herison, peserta yang mendaftar mencapai 189 peserta dari empat jenis lomba yaitu lomba senam LUKIWOL, Lomba Fashion Show Busana Khas Tidung, Lomba bercerita dalam Bahasa Tidung dan lomba Tari Jepen Kreasi.
Lebih lanjut Herison menyampaikan bahwa kegiatan Pagelaran Seni dan Budaya yang telah diselenggarakan di dua arena lomba yaitu di Balai Adat Tidung di Desa Binusan dan Taman Pelangi Perbatasan di Kampung Cerita RT. 13 Kelurahan Nunukan Barat ini memiliki empat tujuan, yaitu sebagai salah satu bentuk perjuangan budaya dalam pemersatu rumpun Tidung, sebagai wadah peningkatan kualitas SDM, sebagai wadah kesempatan bekerja dan berusaha secara profesional, dan keempat sebagai wadah peningkatan kesejahteraan ekonomi. (Humas)