Cirebon Jawa Barat,Berandankrinews.com Kondisi ekonomi rakyat UMKM makin tidak baik-baik saja. Rodanya makin tidak efektif. Omsetnya makin anjlok dampak daya beli rakyat makin menurun akibat beban hidup makin berat. Hal tersebut nyata adanya di Pasar Pagi Cirebon Jawa Barat Kisaran Jam 09.00 WIB Sabtu 26 Oktober 2024 tampak sepi pembeli.
Salah satu pedagang sayur mayur mengeluh pembeli makin sepi sejak pasca pandemi covid-19. Bahkan omsetnya anjlok dari 1,5-2 juta jadi 250-300 ribu per hari. Kapan kondisi ini berakhir? Hal ini perlu ditangani secepatnya. Tentunya pemerintah tidak bisa sendirian.
Harus bersinergi, kolaborasi dan kerjasana dengan para pemangku kepentingan, tidak terkecuali organisasi usaha dan ekononomi rakyat yang menaungi mereka, tegas Ketua Umum Komite Ekonomi Rakyat Indonesia (KERIS) dr Ali Mahsun ATMO M Biomed saat kunjungan ke Pasar Pagi Cirebon Jawa Barat, Sabtu, 26/10/2024.
Pada kesempatan yang sama, pedagang sayur mayur di Pasar Pagi Cirebon menyampaikan keluhan dan harapannya. “Di Pasar Pagi Cirebon sejak pasca pandemi covid-19 makin sepi pembeli. Bukan hanya dampak makin menurunnya daya beli rakyat.
Juga akibat kalah bersaing dengan menjamurnya tenan kebutuhan pokok, sayur mayur dan buah-buahan yang buka 24 jam di kawasan-kawasan, di emperan, di ruko dan di rumah yang didukung teknologi digital. Omset anjlok dari 1,5-2 juta jadi 250-300 ribu per hari.
Hal ini sudah kami sampaikan ke Menteri Perdagangan, Bapak Zulkifli Hasan saat kunjungan ke Pasar Pagi Cirebon beberapa waktu lalu namun belum ada dampaknya. Kita berharap pemerintah tangani dengan serius secepatnya.
“Keluhan yang sama juga disampaikan pedagang Es Ciug (Cincau) di Pasar Pagi Cirebon, dan Lapak Nasi Lengko H Barno Kota Cirebon, pembeli makin sepi dan omset makin anjlok. Juga abang becak di kota Tegal Jawa Tengah keluhkan hanya bawa uang pulang Rp 50-60 ribu per hari karena kalah bersaing sama ojek.
Disamping akibat daya beli rakyat makin menurun dampak beban hidup makin berat, tentunya juga faktor regulasi, keperpihakan pemerintah, penataan dan pendampingan, serta literasi keuangan dan digitalisasi turut konstribusikan makin anjloknya omset para pedagang, kuliner dan abang becak.
Makin tidak efektif, tidak seimbangnya perputaran roda ekonomi rakyat UMKM di negeri ini. Kenyataan di Cirebon Jawa Barat dan Tegal Jawa Tengah ini juga dialami di daerah dan wilayah lain di tanah air. Oleh karena itu, perlu ditangani secepat-cepatnya.
Tentunya tidak bisa sendirian, pemerintah harus bersinergi, kolaborasi dan kerjasama dengan organisasi usaha dan ekonomi rakyat, dan para pemangku kepentingan terkait. Untuk itu, Komite Ekonomi Rakyat Indonesua (KERIS) segera lakukan analisis dan berikan tretament untuk dongkrak roda ekonomi rakyat UMKM dengan merangkul, bersinergi, kerjasama dan kolaborasi dengan pemerintah, BUMN/BUMD, swasta dan pemangku kepentingan terkait lainnya.
Lebih dari itu, segera komunikasikan ke Kabinet Merah Putih Presiden Prabowo Subianto. Ke Kemenko Perlekonomian, Kemendag, Kemen UMKM, Kemenkop, Kemen BUMN dan Kemenkeu. Juga ke BI, OJK serta badan atau lembaga negara dan pemangku kepentingan terkait lainnya “, pungkas dokter ahli kekebalan tubuh yang juga Ketua Umum APKLI-P dan Presiden Kawulo Alit Indonesia (KAI)