JAKARTA – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Nunukan melakukan kunjungan kerja dan penandatanganan MoU bersama Rumah Sakit Anak Bunda (RSAB) Harapan Kita terkait Penyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu kesehatan Anak dan Program Pelayanan Bayi Tabung, bertempat di aula pertemuan RSAB Harapan Kita, Rabu (07/02/2024).
Kegiatan penandatanganan langsung dihadiri oleh Direktur RSUD Nunukan, dr. Dulman L, M.Kes., Sp.OG bersama pihak RSAB Harapan Kita dan disaksikan oleh manajemen kedua belah pihak.
Selaku Direktur RSUD Nunukan, dr. Dulman mengungkapkan bahwa terdapat 2 bentuk kerjasama yang dilakukan bersama RSAB Harapan Kita dimana RSUD Kabupaten Nunukan di tunjuk sebagai mitra dalam program Pendidikan Dokter Spesial Anak Hospital Based dan Program Pelayanan Bayi Tabung.
“Kerjasama yang dilakukan bersama RSAB Harapan Kita itu ada 2 bentuk kerjasama, yang pertama kerjasama dalam pelayanan dokter spesial anak dimana RSUD Kab. Nunukan ditunjuk sebagai mitra dari RSAB Harapan Kita dalam program Hospital Based, karena RSAB sudah mengampuh RSUD Nunukan dan telah memiliki memiliki Neonatal Intensive Care Unit (NICU) di level 3 dengan fasilitas yang sesuai standar yang di tetapkan oleh RSAB Harapan Kita, ini adalah suatu kemajuan untuk kita, karena RSUD Kab. Nunukan merupakan Rumah Sakit satu-satunya yang berada diwilayah Kaltara yang bekerjasama dalam perogram pendidikan spesialis Anak berbasis Hospital Based”, ujar dr. Dulman.
Dalam kerjasama Dokter spesial Anak ini, dr. Dulman juga menyampaikan keuntungan kerjasama yang dilakukan antara RSUD Kab. Nunukan dengan RSAB Harapan Kita, karena RSUD Nunukan ditunjuk langsung oleh Kementrian Kesehatan (Kemenkes) sehingga memiliki tanggungjawab untuk melengkapi sarana dan prasarana kesehatan baik fisik maupun alat kesehatannya, agar kualitas program pendidikan dokter spesialis anak bisa lebih ditingkatkan dan juga akan mendapatkan tambahan tenaga kesehatan.
“Kedepan kita sudah merancang gedung ibu dan anak terpadu seperti yang ada di Rumah Sakit Sarjito beberapa tahu lalu, dimana direktur RS Sarjito memberikan arahan dan masukan untuk mengkomunikasikan ke kementrian kesehatan pembangunan gedung terpadu pelayanan maternal dan neonatal (ibu dan bayi), dimana dalam gedung tersebut telah terdapat pelayanan ibu bersalin, neonatal intensive care unit (NICU), pediatric care unit (PICU), kamar operasi, dan pelayanan unit gawat darurat ibu dan bayi, apalagi lahan kita yang masih ada untuk membangun gedung tersebut,” terang Direktur RSUD Nunukan.
Lebih lanjut, Direktur RSUD Kabupaten Nunukan menyampaikan kerjasama yang dilakukan tidak hanya Pendidikan Dokter spesialis namun terkait Program Bayi Tabung bagi pasangan yang tidak bisa memiliki Keturunan.
“Kerjasama yang kedua kita juga melaksanakan kerjasama dalam hal Program Bayi Tabung, dimana program bayi tabung ini memerlukan fasilitas yang cukup besar, jadi kerjasama kita ini adalah permulaan dimana RSAB sebagai pihak pertama menyediakan fasilitas untuk penanganan bayi tabung dan kita pihak kedua melakukan screening terhadap pasangan yang secara alamia tidak bisa memiliki keturunan, dengan program ini pasangan suami istri memungkinkan bisa memiliki keturunan dengan proses atau Program Bayi Tabung, hanya kita sebagai pihak kedua tidak bisa terlalu jauh,” ungkapnya.
Dalam MoU yang dilakukan RSUD Kabupaten Nunukan, dalam perkembangan Program Bayi Tabung kedepannya nanti RSUD kabupaten Nunukan bisa berdiri sendiri untuk melakukan proses Bayi Tabung akan tetapi melalui bantuan atau super visi dari RSAB Harapan Kita.
“Suatu kemajuan yang patut kita syukuri karena adanya kerjasama ini akan memungkinkan masyarakat bisa lebih tahu dan lebih muda mendapatkan akses untuk program bayi tabung jika secara alamiah mereka tidak memungkinkan dan juga biaya yang dikeluarkan oleh pasangan tersebut tidak semahal dengan rumah sakit yang menerapkan program pelayanan bayi tabung, lalu melalui RSUD Kabupaten Nunukan biaya mudah terjangkau,” tuturnya.
Adapun sebelum agenda penandatangan Mou di RSAB Harapan Kita, Direktur RSUD Nunukan beserta rombongan melaksanakan pertemuan dengan Direktorat Jendral Pembinaan dan Pengawasan Tenaga Kesehatan (Nakes) Kemenkes yakni Direktur Pembinaan dan Pengawasan Nakes, Zubaidah Elvia untuk membahas kesejahteraan Dokter Spesialis dan Subspesialis untuk daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK).
“Maksud kunjungan kami agar ada program dari Kemenkes khususnya Tenaga Kesehatan bagaimana dokter – dokter spesialis yang mengabdi di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan itu di tingkatkan kesejahteraannya dengan cara memberikan insentif tambahan bagi mereka yang mengabdi di daerah terpencil, perbatasaan, dan kepulauan (DTPK) untuk tenaga kesehatan yang langka, karena kita memang memiliki tenaga kesehatan yang langka mengingat keberadaanya masih sedikit terutama dokter spesialis daerah DTPK,” kata dr. Dulman.
Dalam pertemuan, Direktur Pembinaaan dan Pengawasan Kesehatan Kementrian Tenaga Kesehatan, dr. Zubaedah Elvia, MPH menyampaikan bahwa program kesejahteraan dokter spesialis wilayah DTPK telah dilakukan mengingat tugas berat yang harus diemban di daerah kepulauan.
“Memang ada program untuk kesejahteraan dokter spesialis yang ada di DTPK seperti ada pemberian insentif tambahan untuk kelangkaan profesi diwilayah DTPK yang merupakan gagasan bapak menteri kesehatan dan kami seluruh dokter yang ada di DPTK ini mengapresiasi gebrakan atau terobosan dari bapak menteri kesehatan melalui Direktorat Jendral Pembinaan dan pengawasan menjadi harapan kami mengingat tugas dan tanggung jawab di daerah perbatasan itu amat berat karena berada di pulau yang terpencil, perbatasan dan bisa saja tidak diminati oleh dokter-dokter spesialis lainnya,” ucap dr. Zubaedah Elvia.
Harapan besar terlihat dengan adanya program tersebut, dimana tidak ada lagi dokter-dokter mutasi ke kota dan yang mengundurkan diri untuk mencari rumah sakit di kota-kota besar, mengingat masyarakat di perbatasan membutuhkan dokter spesialis untuk penanganan kasus-kasus penyakit dan pelayanan kesehatan masyarakat Kab.Nunukan.
(*Nam)