TARAKAN – Usai menghadiri wisuda di Universitas Borneo Tarakan (UBT), Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) Drs. H. Zainal Arifin Paliwang, S.H.,M.Hum menuju Swiss Bell Hotel guna menerima audiensi dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves).
Selain dari Kemenko Marves, pertemuan ini juga dihadiri tim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), dan Bank Dunia.
Turut mendamping gubernur, Asisten bidang Perekonomian dan Pembangunan Dr. Bustan, S.E., M.Si, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kaltara, Rukhi Syahyadin, S.ST, Pi.
Ditemui usai melakukan audiensi, Asisten Deputi (Asdep) Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Sugeng Harmono mengatakan, tujuan pertemuannya bersama orang nomor satu di Kaltara ini untuk persiapan pelaksanaan program Mangrove for Coastal Resilience (M4CR).
Sebagaimana diketahui, Kaltara merupakan salah satu dari 4 provinsi yakni Sumatera Utara, Riau, dan Kalimantan Timur yang menjadi pilot project pengelolaan lanskap mangrove .
Ia mengatakan, kegiatan ini merupakan kegiatan tingkat nasional yang di danai Bank Dunia untuk lima tahun ke depan.
“Jadi ada kegiatan kita ditingkat nasional yang di danai Bank Dunia untuk lima tahun kedepan, bagaimana kita melakukan rehabilitasi magrove untuk perlindungan pesisir. Termasuk nanti kedepannya kita dapatkan pendanaan dari sisi perdagangan karbon untuk peningkatan ekonomi bagi masyarakat lokal,” terangnya, Kamis (16/3/2023).
Ia juga mengatakan akan terus melakukan koordinasi dengan Pemprov Kaltara. Seperti ditingkat provinsi, penghitungannya berkoordinasi di tingkat provinsi dan pelaksanaan rehabilitasinya nanti akan dikoordinasikan dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Provinsi.
“Nanti yang menentukan ada sekitar 32 ha mangrove yang akan dilakukan rehabilitasi itu lokasinya di mana saja, akan di koordinasikan secara detail dengan BRGM dan Provinsi untuk menurunkan lokasi yang pas,” imbuhnya.
Selanjutnya, Senior Natural Resources Management Specialist at World Bank, Andre Rodrigues de Aquino mengatakan dukungan Bank Dunia terhadap pemerintah Indonesia yaitu kepada Kemenko Marves, KLHK, BRGM dalam upaya untuk menjaga dan melakukan restorasi mangrove.
“Ini program nasional dan Bank Dunia sangat senang terlibat. Kaltara adalah provinsi kunci untuk keberhasilan program tersebut. Karena luasan mangrove di sini luar biasa dan banyaj kemungkinan untuk memperbaiki wilayah yang memiliki mangrove tetapi sedikit rusak yang harus direhabilitasi lagi. Kami di sini berdiskusi dengan Pemprov dan Pembada dan OPD lainnya bagaimana kita bisa bekerja sama dan lebih dekat,” katanya.
Pria yang sudah menginjakkan kaki kedua kalinya di Kaltara ini juga menyampaikan terkait pembayaran karbon biru (Blue Carbon) yang juga akan berdampak positif kepada masyarakat.
Karbon biru merupakan istilah dari cadangan emisi karbon yang diserap, disimpan, dan dilepaskan oleh ekosistem pesisir dan laut.
“Karbon itu dicadangkan di mangrove daripada ke udara. Itu melindungi kita dari perubahan iklim. Jadi mangrove berperan besar dalam mitigasi perubahan iklim. Untuk melindungi kita,” jelasnya.
Ia menilai kesadaran dari pemprov dan pemda sangat kuat. Ia juga telah mendengar kabar bahwa mangrove yang ditanam di Kabupaten Tana Tidung (KTT) beberapa waktu lalu sudah tumbuh dengan baik.
“Tapi yang lebih penting, kegiatan dilapangan dapat dimulai. Dari kegiatan masyarakat menjaga mangrove yang dipimpin oleh BRGM, kami berharap ini bisa dimulai segera,” pesannya.
(dkisp)