NUNUKAN – Terakhir didokumentasikan ataupun ditemukan sekitar tahun 2005/2006, kini Gajah Borneo kembali terlihat di Desa Naputu, Kecamatan Tulin Onsoi, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Sebelumnya, Gajah Kalimantan (Borneo) atau Elephas Maximus Borneensis, yang merupakan subspesies dari gajah asia atau Elephas Maximus, telah memicu International Union for Conservation of Nature (IUCN) akibat statusnya sebagai spesies Endangered (Terancam) melalui penilaian yang dilakukan pada November 2023.
Lebih lanjut, Gajah Borneo merupakan salah status satwa endemik yang langka dan terancam punah, distribusi populasi dan habitatnya ditemukan di wilayah Sabah, Malaysia dan di Kalimantan Utara, Indonesia di dalam satu bentang alam yang menyambung, dimana populasi gajah di Sabah jumlahnya lebih besar yaitu berkisar 1.000 – 1.500 individu (Borneo Elephant Action Plan Sabah 2020-2029).
Hasil riset lain menyebutkan populasi gajah di sabah berkisar 1.184 – 3.652 Individu atau 2040 Individu (Alfred et al 2010), sedangkan di Kalimantan Utara populasi gajah relitif kecil, beberapa hasil survei yang pernah dilakukan jumlah populasinya adalah 20-80 individu (Stephan et al 2007), 30-80 individu (Sthepan et al), populasi gajah diperkirakan kurang dari 20 individu (Alfred et al) dan survei terbaru populasi gajah berkisar 13 individu (Wisnu et al).
Penemuan kembali gajah tersebut dilakukan oleh Gabungan Pemuda Pecinta Alam (Gappeta) Borneo Kab. Nunukan.
Selaku Ketua Gappeta Borneo Kab. Nunukan, Alfred menjelaskan pada saat gajah ditemukan pertama kali, banyak masyarakat yang percaya bahwa terdapat spesies mamalia tersebut di Kab. Nunukan.
“Pada saat ditemukannya dokumentasi gajah Borneo pertama kali, banyak masyarakat tidak menyangka bahwa di Nunukan terdapat gajah, dimana beberapa gajah soliter sering masuk ke permukiman dan perkebunan masyarakat di Kecamatan Sebuku (sekarang Tulin Onsoi),” ujar Alfred via telepon, Kamis (08/08/2024).
Kemudian, Alfred menuturkan kronologis penemuan kembali spesies mamalia yang hampir punah di dataran Kalimantan.
“Terkait dengan kronologi penemuan gajah tim ekspedisi gajah kalimantan menggunakan kamera jebak (camera trap), dari hasil pemasangan selama 2 tahun lamanya akhirnya dapat terdokumentasi kan melalui kamera jebak, terdapat 5 individu gajah berjenis jantan,” tutur Alfred.
Tentu hal ini merupakan sebuah kabar yang menggembirakan guna melestarikan gajah yang sebelumnya telah dikatakan hampir punah.
Berdasarkan hal tersebut, Alfred menjelaskan bahwa keberadaan gajah borneo sangat terancam, dimana yang diakibatkan oleh populasi terbatas, kerusakan habitat hingga ancaman perburuan dan perdagangan hading gajah.
“Gajah Kalimantan merupakan satwa langka dan unik yang hanya di temukan di Kabupaten Nunukan dan Sabah, Gajah merupakan aset keanekaragaman hayati yang perlu dilestarikan untuk mencegah atau menghindari kepunahan,” jelas Ketua Gappeta Borneo Kab. Nunukan.
Menurutnya, upaya pelestarian gajah borneo musti melibatkan seluruh pihak baik masyarakat hingga pemerintah.
“Pelestarian gajah perlu melibatkan para pihak atau banyak kalangan, baik dari pemerintah, Lembaga swadaya masyarakat (LSM), akademisi, swasta, komunitas, pelajar dan masyarakat luas, upaya konservasi gajah tidak bisa berjalan sendiri-sendiri dan semua perlu terlibat dan saling bersinergi,” terangnya.
Adapun hari ini diperingati sebagai Hari Gajah Sedunia yakni pada setiap tanggal 12 Agustus.
(gappetaborneo/nam)