Anggota DPRD Nunukan, Hamsing, Dukung Penuh Sebatik Sebagai Pulau Santri Indonesia

Anggota DPRD Nunukan, Hamsing. (Foto: Eddy Santry)

Nunukan – Penetapan Sebatik sebagai Pulau Santri selain diharapkan dapat mencetak generasi muda yang relijius, juga diharapkan akan menjadi motivasi masyarakat yang bermukim di wilayah perbatasan semakin kental semangat kebangsaan dan nasionalismenya.

Hal tersebut dituturkan oleh tokoh muda perbatasan yang juga anggota DPRD Nunukan, Hamsing. Menurutnya, dengan ditetapkanya pulau Sebatik sebagai Pulau Santri Indonesia oleh Kementerian Agama RI, maka juga akan menjadi identitas positif dari pandangan negatif yang selama ini melekat di wilayah – wilayah NKRI yang berbatasan langsung dengan negara tetangga.

“Tak bisa dipungkiri, tak sedikit pihak yang menilai citra daerah perbatasan selama ini dengan stigma negatif. Baik sebagai jalur ekspansi traficking, masuknya barang ilegal hingga Narkoba. Dengan ditetapkanya Sebatik sebagai Pulau Santri Indonesia inilah maka secara tak langsung akan memangkas stigma negatif tersebut,” tutur Hamsing saat menerima Pewarta di Cafe Calsic Jl. Jend Ahmad Yani, Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara, Kamis (17/10/2019).

Sehingga dengan hal itu, Hamsing menilai bahwa semua pihak seharusnya mendukung penetapan Sebatik sebagai Pulau Santri Indonesia tersebut. Karena menurutnya, tugas menanggulangi ekspansi apalagi faham Radikalisme dan ideologi yang berpotensi merongrong keutuhan NKRI tak hanya menjadi tugas aparat semata.

Keterlibatan masyarakat terutama generasi muda untuk berperan aktif dalam mewujudkan wilayah yang berdaulat menurut Hamsing adalah sebuah keniscayaan. Apalagi Sebatik diketahui acap kali menjadi pintu masuk pelaku teroris yang berhubungan dengan jaringan terorisme di Filipina.

“Dalam hal ini peran serta masyarakat terutama para Santri sangat diperlukan. Terutama dalam menghadang faham -faham yang sangat mungkin disebarkan para teroris itu,” tandas Politisi Partai Hanura tersebut.

Terkait Sebatik sendiri sebagai pintu keluar masuk jaringan teroris pernah diakui oleh Ali Fauzi. Mantan anggota Front Pembebasan Islam Moro (MILF) Filipina tersebut mengungkapkan bahwa Pulau Sebatik sering menjadi pintu keluar masuk ‘militan’ selain faktor geografi juga karena luas wilayah perairanya yang membuat penjagaan kurang maksimal.

“Pulau Sebatik aman digunakan sebagai pintu keluar masuk militan MILF, karena di wilayah tersebut penjagaan tidak terlalu ketat.  Dari Pulau Sebatik kemudian dengan sangat mudah kita bisa masuk ke Tawau (Sabah-Malaysia). Dari Tawau nanti tinggal memilih mau menyeberang ke Filipina, di daerah mana,” paparnya beberapa waktu lalu.

Diketahui, Sebatik merupakan bagian dari Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara yang sebagian wilayahnya berbatasan lansung dengan Sabah, Malaysia baik di darat maupun di laut. Pun dengan Filipina Selatan seperti Marawi, untuk menjangkau wilayah yang pernah menajadi basis militan Abu Sayyaf tersebut dapat ditempuh dalam waktu tak lebih dari 6 jam menggunakan speet boat. (eddyS)

Penetapan Sebatik Sebagai Pulau Santri Akan Memperkuat Nasionalisme di Perbatasan

Nunukan – Usai ribuan Santri di di Sebatik, Kalimantan Utara menggelar uapacara peringatan Hari Santri ke 3 tahun 2019 di Lapangan Sungai Nyamuk, Sebatik Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara), Kamis (17/10/2019), Kementerian Agama RI, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltara, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nununukan, Tokoh Masyakat dan peserta upacara menyepakati penetapan Sebatik sebagai Pulau Santri Indonesia.

Melalui penetapan sebagai Pulau Santri tersebut, Direktur Pondok Pesantren Kementerian Agama RI, KH Asmayadi berharap Sebatik dapat menjadi salah satu garda dari generasi muda yang religius, moderat, patriotik dan pencinta tanah air. Hal tersebut menurutnya karena tak lepas dari geografi Sebatik yang merupakan wilayah perbatasan RI dengan Sabah, Malaysia.

“Sehingga dengan ditetapkanya Sebatik sebagai Pulau Santri Indonesia, masyarakat terutama generasi muda islam akan terpanggil untuk mempertahankan status kehormatan ini,” tutur Asmayadi.

Penetapan Sebatik sebagai Pulau Santri sendiri, ungkap Asmayadi bukan serta merta namun sudah melalui pertimbangan .dan masukan dari berbagai pihak serta melihat eksistensi dari para Santri di Sebatik.

“Tentu setelah melalui pertimbangan yang matang,” tandasnya.

Senada dengan Asmayadi, Bupati Nunukan Asmin Laura Hafid menilai dengan ditetapkanya Sebatik sebagai Pulau Santri, generasi muda islam kedepanya diharapkan dapat meneguhkan diri sebagai suri tauladan yang baik bagi masyarakat. Karena menurut Laura, para Santri secara tak langsung akan mempunyai tanggung jawab moral demi mempertahankan nama besar isalm dan nama baik dari Pulau Sebatik itu sendiri.

“Tentu dengan ditetapkanya pulau Sebatik sebagai pulau santri, secara tak langsung akan menambah perbendaharaan kita dalam tanggung jawab mempertahankan nama baik Sebatik dan Idonesia pada umumnya,” ujar Laura.

Sementara itu, tokoh perbatasan yang juga salah satu pembina di yayasan Pondok Pesantren Mutiara Bangsa, Ustazt Rachmad mengaku terharu atas hal tersebut. Ia menuturkan, memang sebagai masyarakat yang tinggal diwilayah perbatasan, aggresi budaya maupun barang dari negara tetangga sangat terasa.

“Dengan ditetapkanya Sebatik sebagai Pulau Santri Indonesia, maka sudah pasti masyarakat di Sebatik akan merasa terpanggil untuk memerangi intervesi budaya apalagi faham – faham yang berpotensi merongrong Pancasila,” tuturnya.

Mengenai penyematan Sebatik sebagai Pulau Santri Indonesia, Rahmad juga menilai hal tersebut tak berlebihan. Pasalnya Santri terbanyak di Kalimantan Utara. Diketahui di Sebatik terdapat berbagai Pondok Pesantren seperti Ponpes Mutiara Bangsa, Ponpes Asyadiah dan Ponpes Hidayatullah yang didalamnya terdapat ribuan Santri. (EddyS)

Mars Syubanul Wathon Menggema di Perbatasan RI – Malaysia

Nunukan – Ribuan Santri dari berbagai Pondok Pesantren yang ada di Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara antusias mengikuti upacara bendera dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional – 3, Kamis (17/10/2019) di Lapangan Sungai Nyamuk, Sebatik.

Dalam Upacara yang dihadiri Bupati Nunukan Asmin Laura Hafid, Asisten II Provinsi Kalimantan Utara Sanusi, Kapolres Nunukan AKBP Teguh Triwantoro, Dandim 0911/NNK Let Kol Czi Eko Pur Indrianto, Perwakilan dari Kementerian Agama RI dan para pejabat di lingkup Pemkab Nunukan serta TNI – Polri tersebut, para peserta nampak dengan hikmad mengikuti jalanya upacara.

Nuansa patriotik terasa saat ribuan peserta upacara yang dipandu para Santri dari Yayasan Pondok Pesantren Mutiara Bangsa menyanyikan Mars Syubanul Wathon sesaat sebelum upacara dimulai. Bahkan masyarakat yang berada diluar lapangan, nampak pula antusias turut menyanyikan lagu ciptaan Kiai Wahab Hasbullah tersebut.

Bupati Nunukan Asmin Laura Hafid seeusai Upacara menyampaikan apresiasinya kepada para Santri di Kabupaten Nunukan khususnya wilayah Sebatik yang telah mengedukasi generasi muda lainya dengan menggelar upacara Hari Santri Nasional. Laura berharap, gema Hari Santri akan menancap di dada generasi muda perbatasan sebagai salah satu pilar kedaulatan.

“Tentu sangat membanggakan, bahwa di wilayah perbatasan ini generasinya secara suka rela menghibahkan diri sebagai suri tauladan bagi generasi lainya. Ini membuktikan bahwa para pemuda dan pemudi terutama para Santri benar – benar mampu mengaktualisasikan nasionalisme di tapal batas, ” tutur Laura

Sementara itu, Asisten I Pemprov Kaltara Sanusi yang bertindak sebagai inspketur upacara saat membacakan pidato Gubernur Kalimantan Utara Irianto Lambrie mendukung penuh pencanangan Pula Sebatik sebagai Pulau Santri. Menurut Sanusi, dengan menyandang predikat sebagai Pulau Santri, maka generasi muda di Sebatik akan senantiasa termotivasi menjaga marwah kehormatan nama besar islam dan juga nama baik Indonesia.

“Selain itu, stigma negatif yang kadang dilekatkan kepada wilayah perbatasan misalnya sebagai pintu masuk Narkoba akan terbantahkan,” ujar Sanusi.

Usai Upacara, para Santri mengucapkan ikrar sumpah setia kepada NKRI, ikrar memerangi faham radikalisme dan komitmen kebangsaan lainya. Dalam kesempatan tersebut juga dilaunching pulau Sebatik sebagai Pulau Santri. (eddyS)

MA Dayak Agabag Memfokuskan Satu Sosok Calon Wakil Bupati Nunukan di Pilkada 2020

Masyarakat Adat Dayak Agabag dalam salah satu kegiataan adat. (Foto: Eddy Santry/nusantaranews)

Nunukan – Masyarakat Adat Dayak (MAD) Agabag di wilayah Calon Daerah Otonomi Baru Kabupaten Bumi Dayak Perbatasan (Kabudaya) dalam menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Nunukan (Pilkada) 2020 menyatakan akan fokus memperjuangkan figur/tokoh yang sudah ada dalam dunia politik saat ini dari kalangan mereka sendiri. Hal itu disampaikan oleh Wakil Kepala Adat Besar Dayak Agabag wilayah Adat Lumbis Yohanes Maluin.

“Terkait Pilkada Serentak Nunukan tahun 2020 ini masyarakat adat Dayak Agabag tentu memiliki pandangan dan perhitungan sendiri,” tutur Yohanes, Selasa (15/10/2019).

Kalkulasi tersebut, lanjut Yohanes tentu berdasarkan realitas dilapangan dan sesuai pula dengan dinamika politik yang sedang berkembang akhir-akhir ini di Kabupaten Nunukan menjelang Pilkada Nunukan 2020. Menurutnya, masyarakat Adat Dayak Agabag menyepakati beberapa hal seperti dalam hal posisi calon Wakil Bupati

“Di Pilkada nanti, kami hanya fokus pada posisi calon Wakil Bupati, karena itu sudah realistis dengan potensi suara yang dimiliki saat ini,” tandasnya

Hal tersebut menurut Yohanes sangat realistis atas potensi suara yang dimiliki oleh MAD Agabag itu sendiri. Dengan memfokuskan pada 1 figur untuk Calon Wakil Bupati, ungkap Yohanes, pihaknya akan solid dan tak kan terpecah dalam suara nantinya.

Kemudian hal yang lebih penting lagi, papar Yohanes, MAD Agabag tentu harus realistis dengan keberadaan figur dari kalangan masyarakat adat Dayak Agabag yang memiliki partai dan kursi di DPRD Kabupaten Nunukan. Hal tersebut menurutnya karena untuk mengusung Calon Kepala Daerah itu secara regulasi adalah partai yang memiliki kursi keterwakilan.

“Kalau kita melihat secara realitasnya Figur dayak Agabag itu ada kursinya berada di Partai PDIP, Hanura, NasDem dan PBB, tutur Yohanes Maluin wakil kepala adat besar dayak Agabag wilayah adat Lumbis,” ujarnya

Persoalan siapa figur Calon Wakil Bupati yang akan diusung atau didorong oleh masyarakat adat dayak Agabag di wilayah CDOB Kabudaya, menurut Yohanes hal itu tergantung keputusan Calon Bupatinya yang memerlukan calon Wakil Bupati nantinya.

“Kewajiban kami secara kelembagaan adat dayak Agabag adalah hanya menentukan 1 (satu) figur saja dari kalangan masyarakat adat Dayak Agabag setelah itu diterima dan final, maka kami lembaga adat dayak Agabag bersama masyarakat adat dayak Agabag berkewajiban memenangkan pasangan calon tersebut dalam Pilkada 2020,” pungkas Yohanes. (eddyS)

Mengaku Menyesal, Wanita Yang Akan ‘Memenggal Jokowi’ Di Vonis Bebas

Jakarta – Terdakwa kasus perekamaan video berisikan ujaran kebencian dan ancaman pembunuhan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) Ina Yuniarti mengungkapkan penyesalanya. Ina juga berjanji akan lebih berhati-hati menggunakan media sosial.

Sebagaimana diketahu, ancaman pembunuhan terhadap Presiden Jokowi dilontarkan Ina melalui video yang direkam menjadi viral dan membuatnya sempat ditahan selama lima bulan.

“Saya benar – benar sangat menyesal. Ini pelajaran buat saya dan saya tidak akan mengulanginya lagi. Saya akan berhati- hati. Saya akan kembali normal seperti biasanya, yang pasti tidak ada dendam atau apa pun,” kata Ina usai sidang vonisnya berakhir di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Senin (14/10).

Ina divonis bebas oleh Hakim Ketua Tuty Haryati dari tuntutan Jaksa Penutut Umum dengan ancaman pidana kurungan selama tiga tahun enam bulan. Selain itu, perempuan yang sebelumnya bekerja sebagai wirausaha itu mengatakan usai dinyatakan bebas dirinya akan segera menemui anak- anaknya.

“Mereka sudah menunggu lama, mereka hanya bertiga dan saya akan kembali kepada mereka, Alhamdulillah,” kata Ina.

Sebelumnya, Jaksa Penuntut Umum menuntut Ina Yuniarti dengan pasal pasal 27 ayat (4) juncto pasal 45 ayat (4) UU RI no.19/2016 tentang perubahan UU no.11/2008. Ina Yuniarti diketahui telah membuat video yang berujung viral dengan konten seorang pria berinisial HS mengancam akan memenggal Presiden Joko Widodo.

Video tersebut direkam oleh Ina pada saat mengikuti demonstrasi 10 Mei 2019 di depan Gedung Bawaslu, Jakarta Pusat. Ina mengatakan dirinya mengirimkan video tersebut melalui aplikasi pesan WhatsApp kepada teman-temannya untuk memberitahu situasi dalam aksi saat itu. (eddyS)