Lagi, 156 PMI di Deportasi Pemerintah Malaysia Ke Nunukan

Nunukan, Berandankrinews.com–Pemerintah Malaysia lagi-lagi memulangkan 156 Pekerja Migran Indonesia (PMI) melalui Pelabuhan Internasional Tunon Taka Nunukan, Kamis (21/2/19).

Setelah melalui masa penahanan di Malaysia, para pmi ini dideportasi oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Sabah, Malaysia. Pemulangan TKI ini menggunakan kapal Motor Mid East Express.

156 PMI terdiri dari 108 orang laki-laki Dewasa, 35 orang perempuan Dewasa, 5 orang anak laki-laki dan 5 orang anak perempuan.

Kepala Seksi Pemberdayaan dan Perlindungan BP3TKI Arbain, hari ini kita kedatangan PMI deportasi dari Kotakinabalu, Malaysia sebanyak 156 orang.

“Dari 156 orang ini kasusnya 10 orang Narkoba, 56 orang kasusnya tinggal habis masa izinnya, 68 orang masuk secara ilegal tanpa dokumen dan 22 orang yang lahir di Malaysia,”Kata Arbain.

Setelah pendataan Pihak Imigrasi dan pengarahaan dari Kapolsek KSKP AKP I. Eka Berlin dan Babinsa Sertu Muchsin, selanjutnya para PMI dibawa ke Rusunawa Sedadap, Nunukan. Selama 5 hari akan dibina dan dipulangkan ke daerah asalnya masing-masing.

“Setelah ini kita akan bawa ke Rusunawa untuk dibina selama 5 hari, selanjutnya kami pulangkan kekampung halamannya masing-masing,”Jelas Arbain.

Bagi yang ingin kembali kemalaysia tentunya kami akan serahkan kepada PPTKIS untuk mengurus dokumennya di LTSA dan selanjutnnya bisa ditempatkan kembali kemalaysia dengan masuk secara resmi atau legal, bagi yang ingin bekerja dalam negeri kita juga fasilitasi untuk bekerja diperkebunan kelapa sawit yang ada didalam negeri seperti perusahaan kelapa sawit yang ada di Nunukan Kaltara Ini, Kata Arbain.

Sementara itu, PMI yang telah dijamin perusahaan banyak yang hanya bekerja selama dua bulan bahkan sebulan saja setelah menerima gaji kembali lagi kemalaysia, karena keluarganya masih berada dimalaysia.

“Ada PMI memang diantara mereka yang bekerja didalam negeri hanya bertahan sebulan atau dua bulan maupun yang hanya bekerja untuk mencari biaya dan kembali lagi dimalaysia, karena mereka ini yang lahir dimalaysia kembali lagi kesana. Bisa jadi ada anak istri mereka disana sehingga mereka kembali kesana, begitu,” Ungkapnya.

Diketahui dalam kurun waktu dua bulan selama tahun 2019, Pemerintah Kerajaan Malaysia telah memulangkan PMI Kembali ke Indonesia Khususnya Kabupaten Nunukan sebanyak 741 orang. (***)

Kapolres Nunukan: Kendala Kita Untuk Menangkap Bandar Narkoba, Karena Bandar Berada di Malaysia

Nunukan, Berandankrinews.com–Narkotika atau narkoba merupakan musuh negara yang dapat membuat generasi muda penerus bangsa menjadi rusak. Oleh karena itu, narkoba harus diperangi secara serius.

Dari itu Kepolisian bersinergitas dengan BNN, TNI dan instansi lainnya untuk berjuang bersama perangi Narkoba.

Hal ini disampaikan Kapolres Nunukan AKBP Teguh Triwantoro, SIK, MH mengatakan, Kita tidak bisa berdiri sendiri, tetapi kita bersinergitas dengan lainnya, Senin (11/2/19).

“Dengan BNN, TNI khususnya terus berkordinasi dan melakukan operasi-operasi secara masif, seperti itu,” Katanya.

Namun salah satu yang menjadi kendala dengan peredaran Narkoba yakni Bandar Narkoba yang berada di Malaysia.

“Bandar ini berada disebelah, kendalanya itu. Ya doakan lah semoga kita dapat mengungkap jaringan yang lebih besar lagi, sementara inikan hanya kurir pengedar dan penguna,” Jelas AKBP Teguh.

Sementara dengan bandar yang berada di Malaysia, AKBP Teguh menuturkan bahwa, kerja sama Kepolisian RI dan Polisi Malaysia sudah ada, disana Polisi Malaysia sudah melakukan investigasi juga.

“Sudah ada juga, Polisi Malaysia disana sudah melakukan investigasi juga, mereka telah menerbitkan DPO dan sebagainya. Jadi untuk Sinergitas dan kordinasi dengan polisi PJRM sudah ada,”Pungkas AKBP Teguh. (**)

Pemerintah Nunukan Lakukan Sosisalisasi Bersama Konsulat RI Tawau Tentang Zonasi Wilayah Perbatasan

Nunukan, Berandankrinews.com– Pasca kejadian Penangkapan Pembudidaya Rumput Laut Nunukan oleh Pihak keamanan Malaysia di perairan Perbatasan Indonesia – Malaysia yang terjadi beberapa waktu yang lalu, sehingga menjadi perhatian khusus bagi Dinas Perikanan Nunukan untuk menyelesaikan persoalan Zonasi di wilayah perairan perbatasan Indonesia – Malaysia.

Melalui Dinas Perikanan Nunukan bekerjasama dengan Kelurahan Nunukan Utara mengelar Sosialisasi dan Penyuluhan Petani Rumput Laut dan Nelayan Kabupaten Nunukan Tentang Tata Ruang Zonasi di Wilayah Perairan Perbatasan Indonesia – Malaysia di Aula Pertemua Kantor Kelurahan Nunukan Utara pada Jumat, (1/2/18) Kemarin.

Kepala Dinas Perikanan Provinsi Kalimantan Utara yang di wakilkan Kepala Seksi Pengelolaan Hasil Laut Muh. Husni mengatakan ” pada tahun 2018 yang lalu sudah di terbitkan Perdagub akan tata ruang Zonasi Petani pembudidaya Rumput laut dan Nelayan sesuai aturan dan undang-undang yang berlaku.

“Semoga adanya Tata Ruang Zonasi Petani Pembudidaya Rumput Laut dan Nelayan kedepannya, keamanan laut lebih baik lagi bagi Pembudidaya Rumput Laut di Nunukan,”Bebernya.

Komandan Satgas Mabes Polri di wakili Wadan Satgas Letkol Anwar pada kesempatan itu juga menyampaikam “kehadiran saya disini karena kejadian penangkapan Petani pembudidaya rumput laut di Nunukan beberapa waktu yang lalu, maka kami hadir untuk membantu. Kejadian ini sudah masuk di Rapinas TNI Polri, Kami juga sudah mendapat informasi sudah adanya Perdagub akan Ruang Zonasi Petani Rumput laut, jadi pihak-pihak yang terkait bisa melaksanakan patroli dan menjaga keamanan serta kenyamanan bagi Petani Pembudidaya Rumput laut di Nunukan.

Kami berharap dengan adanya sosialisasi ini tidak ada lagi kejadian-kejadian seperti kemarin.

“Kita juga berharap seluruh petani agar dapat mengikuti aturan yang sudah di tentukan jika tidak kami akan tindak tegas sesuai aturan dan undang-undang,” Kata Anwar.

Turut Hadir perwakilan Konsulat RI Tawau, Kompol Ahmad Fadilan pada kesempatan itu menyampaikam pesan Kepada seluruh Masyarakat Indonesia khusunya di Nunukan agar tidak melakukan kegiatan Rumput lagi di wilayah perbatasan Indonesia – Malaysia.

Menurutnya kegiatan yang dilakukan diperbatasan itu melanggar Hukum, Jka ingin melakukan kegiatan di perairan perbatasan agar kiranya melengkapi dokumen-dokumennya. karena kejadian yang terjadi kemarin itu menjadikan pelajaran bagi petani rumput laut indonesia khususnya Nunukan.

Kami sampaikan per tanggal 21 Januari 2019 kemarin Kerajaan malaysia sudah mencabut permit/ ijin pengelolaan Rumput laut di Nunukan – Tawau, jadi jangan lagi ada kegiatan Rumput Laut di sana, ungkap Ahmad Fadilan.

Kegiatan Sosialisai dan Penyuluhan tersebut turut dihadiri Ditjen PSDKP, Dinas Perikanan Provinsi Kaltara, Dinas Perikanan, Bagian Pemerintahan, Bagian Perbatasan, Camat Nunukan, Dandim 0911 Nunukan, Kapolsek KSKP Nunukan, Basarnas Nunukan, KPLP Nunukan, Konsulat RI di Tawau, Toko Masyarakat, LSM dan para Petani Rumput laut serta Nelayan yang pernah diamankan di perairan Indonesia – Malaysia. (***)

Dua Nelayan WNI di Perairan Sabah Malaysia di Culik, 1 Orang Lainnya Tertembak

Berandannkrinews.com, Nunukan (Kaltara)-Dua Nelayan WNI Diculik diperairan Sabah, Malaysia dan 1 Nelayan Tertembak.

Dari informasi ILO TNI Tawau, Mayor Inf. Ronaldi Konstangin, S.Sos, MM, M.Si mengatakan pada Rabu (5/12) telah terjadi penembakan terhadap satu orang WNI bernama Didi Saviady (40) asal Riau dengan Nomor Passport B1664758.

“Merupakan Kapten Kapal Magtrans II (Tug Boat Tongkang) yang berangkat dari Bintulu menuju Papua New Guinea,” Jelas Ronaldi.

Diungkapkan Ronaldi Sekitar pukul 14:00  Kapal Tug Boat Magtrans II dengan jumlah crew sebanyak 13 orang, 11 orang WNI dan 2 orang Warga Malaysia yang menarik sebuah Kapal Tunda/Tongkang dengan muatan kosong berangkat dari dermaga Bintulu, Serawak Malaysia dengan tujuan Port Moresby Papua New Guinea.

Tambahnya disekitar perairan Kinabatangan, Sabah Malaysia pada koordinat 5°38.375’ N 118°57.439’ E, Didy Saviady melaksanakan Shalat Magrib di anjungan, secara sekilas Sang kapten melihat adanya cahaya dari samping kanan kapal, saat itu kapal berkecepatan 5-6 knot pada saat dijaga oleh Irwan Syukur.

“Kapten Kapal mengintip secara perlahan keluar melalui jendela dan langsung ditembak oleh kawanan OTK yang diperkirakan berjumlah  4 orang bersenjata yang mengunakan topeng, Didy tertembak tepat mengenai paha kiri di atas lutut,” jelas Ronaldi.

Ronaldi menuturkan, setelah mendengar suara tembakan tiga kali oleh kawananan OTK yang diperkirakan menggunakan perahu karet dengan 4 mesin tersebut, Irwan langsung menyampaikan kepada rekannya yang berada di dalam dek untuk menutup jendela dan pintu serta.  Muahlim 1 juga mengintruksikan agar menambah kecepatan menjadi  9 knot, sehingga kapal OTK tak mampu menahan gelombang air yang ditimbulkan Kapal Magtrans II.

Dengan kecepatan menjadi 9 knot Muahlim 1, menembakkan tanda isyarat berwarna merah ke udara 6 kali serta membunyikan sirene tanda emergency sambil tetap melakukan panggilan darurat kepada stasiun terdekat melalui Radio Channel 12  dan 16  serta  menggunakan HT.

“Hampir 1 jam baru ada jawaban panggilan dari Kapal Tambisan 2 yang berada di sekitar perairan Tambisan, kemudian langsung mengarahkan panggilan kepada pihak ESSCom. Kemudian pihak ESSCom langsung menghubungi melalui HP milik Muahlim 1 karena suara radio kurang jelas,”Jelas Ronaldi.

Lanjutnya, Kapal ESSCom dari Kinabatangan dengan anggota berjumlah 4 orang menjemput Kapten Kapal yang terluka di Kapal Magtrans II beserta 4 orang ABK, kemudian 4 ABK dibawa ke Klinik di Tambisan agar diberikan pertolongan.

“secepatnya dirujuk ke Rumah Sakit Lahad Datu untuk mendapatkan penanganan intensif,” jelas Ronaldi

Kemudian Ronaldi mengungkapkan  pada Kamis (6/12/18) sekitar pukul 01.00, Kapal Magtrans II dijemput oleh Pasukan Polis Marin (PPM) Lahad Datu. Selanjutnya diiring menuju ke dermaga PPM Lahad Datu untuk pengamanan maupun olah TKP.

Ronaldi menuturkan pada 10 Desember 2018 diperoleh informasi dari jaringan agen dan sumber terbuka bahwa pada hari Rabu (5/12/18) setelah upaya penculikan yang gagal oleh kelompok penculikan untuk tebusan (kidnapping for ransom group) pada kapal Tugboat di wilayah Pegasus Reef, Pulau Tambisan, Lahad Datu, Sabah. Diperoleh informasi bahwa kelompok penculikan untuk tebusan yang sama terlibat dalam sebuah kasus penculikan lain yakni tiga nelayan yang bekerja pada sebuah kapal Trawl (kapal pukat lengkong) milik perusahaan perikanan di Sandakan, Malaysia.

“Penculikan itu terjadi ketika mereka dalam perjalanan pulang ke Philipina setelah gagal menculik ABK kapal Tugboat Magtrans II dan menembak awak kapalnya, dalam perjalanan pulang mereka bertemu kapal Trawl Malaysia yang sedang mencari ikan di perairan sekitar Pegasus Reef, dan kelompok penculik itupun langsung menaiki kapal Trawl tersebut dan menculik 3 (tiga) ABK-nya, dua orang warga negara Indonesia (WNI) dan satu orang warga negara Malaysia,” Jelas Ronaldi.

Ronaldi mengatakan perkembangan situasi dari kasus penembakan dan penculikan WNI di wilayah perairan timur Sabah (Esszone) menyarankan pimpinan daerah memberikan peringatan dini kepada instansi terkait, agar dapat memberikan himbauan kepada seluruh WNI yang akan berkunjung atau bekerja di Sabah untuk sedapat mungkin menghindari kawasan pantai/perairan timur Sabah karena saat ini diperoleh informasi bahwa aksi teroris ataupun penculikan sedang mencari target yang memiliki umpan balik tinggi dari segi finansial bagi kelompok Abu Sayyaf.

Dengan melihat tidak jelasnya aparat keamanan Malaysia (ESSCom) menanggapi setiap aksi penculikan di kawasan perairan timur Sabah maka sangat diperlukan kerjasama trilateral berkelanjutan (Philipina, Malaysia, Indonesia) untuk monitoring dan pengamanan di laut Sulu dan perairan timur Sabah.

Tambahnya, Perlunya meningkatkan koordinasi yang terbuka, intens dan setara bagi aparat keamanan terkait (Philipina, Malaysia, Indonesia).

“Guna mengoptimalkan pertukaran informasi terkait rencana dan aksi penculikan yang akan dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf sehingga kedepan aksi penculikan untuk tebusan di wilayah laut Sulu dan perairan timur Sabah dapat diminimalisir dan dinihilkan,” terang Ronaldi. (Reta/Hms Polres)

Polisi Diraja Malaysia Berhasil Mengamankan 7 Terduga Teroris

Berandankrinews.com-Divisi kontra Terorisme cabang khusus bukit aman telah menggagalkan rencana teror di Malaysia, Enam orang Pria dan 1 orang wanita diamankan diduga terlibat terorisme dalam penangkapan di empat Negara Bagian Malaysia, Mereka ditangkap dalam sebuah operasi yang digelar pada 20-28 November 2018.

Kepala Polisi Malaysia Inspektur Jenderal Polisi, Tan Sri Mohamad Fuzi Harun, Mengatakan para tersangka teroris tersebut merupakan lima orang Malaysia dan dua orang Filipina ditangkap di Kelantan, Sabah, Selangor dan Kedah oleh Divisi Kontra Terorisme Cabang Khusus Bukit Aman.

“Adapun mereka yang ditangkap termasuk penjual madu di Kelantan, seorang insinyur minyak dan gas di Kajang, Selangor dan tiga orang di Sabah terkait dengan Kelompok Abu Sayyaf,” Kata Tan Sri Mohamad Fuzi Harun

Sri Mohamad Fuzi Harun mengungkapkan, penangkapan pertama dilakukan pada pria Malaysia (28) di Kelantan pada hari Senin (19/11/18), Pria tersebut adalah seorang penjual madu, dia menerima instruksi dari pemimpin militan Akel Zainal untuk melancarkan serangan di Malaysia.

“Akel Zainal adalah pemimpin militan utama Malaysia yang merekrut orang-orang untuk perang IS di Suriah,” ungkap Tan Sri Mohamad Fuzi Harun

Lanjutnya, Penangkapan berikutnya adalah seorang pria Malaysia berusia (52) pada Selasa (20/11/18) di Kajang, Selangor, Pria tersebut bekerja sebagai insinyur minyak dan gas dan dia telah menyalurkan RM14.000 kepada Muhammad Wanndy Mohamed Jedi pada tahun 2016 dan 2017 dimana uang tersebut untuk membiayai operasi teror di Malaysia.

Berdasarkan Informasi Divisi Kontra Terorisme Cabang Khusus Bukit Aman bahwa Muhammad Wanndy Mohamed Jedi telah tewas di Suriah pada April 2017, dan perannya sebagai perekrut utama diambil alih oleh Akel Zainal.

“Polisi juga menangkap seorang pria Filipina (45) di Tawau, Sabah Rabu (21/11/18), orang tersebut adalah anggota Kelompok Abu Sayyaf. Dan diyakini pria tersebut terlibat dalam setidaknya tiga penculikan untuk insiden acak di Filipina selatan dan Sabah,” jelas Tan Sri Mohamad Fuzi Harun

Tan Sri Mohamad Fuzi Harun menuturkan Divisi Kontra Terorisme Cabang Khusus Bukit Aman kembali mengamankan seorang pria Malaysia (35). Pria yang bekerja di sekolah mengemudi di Kota Baru, Kelantan yang ditangkap pada Rabu (21/11/2018). Pria tersebut telah menerima perintah dari para pemimpin Islamic State (IS) untuk melancarkan serangan terhadap non-Muslim dan tempat-tempat ibadah mereka.

Kemudian Divisi Kontra Terorisme Cabang Khusus Bukit Aman kembali mengamankan seorang pria Malaysia (26) yang merupakan sopir van pabrik di Bedong, Kedah Kamis (22/11/2018), Pria tersebut telah memberikan dana kepada Jemaah Ansharut Dauliah (JAD), kelompok teror pro-IS di Indonesia.

Selain itu, Divisi Kontra Terorisme Cabang Khusus Bukit Aman kembali juga mengamankan Pasutri di Tenom, Sabah, pada Rabu (28/11/18).

“suaminya adalah pria Filipina yang bekerja sebagai buruh sementara istrinya tidak bekerja. Mereka diduga telah turut ambil bagian dalam menyembunyikan anggota Kelompok Abu Sayyaf di Sabah,” Terang Tan Sri Mohamad Fuzi Harun. ***(Reta/Hms Polres Nunukan)

Editor: Edwin