Asrama Santri Ponpes Tahfiz Wahdah Islamiyah Bulukumba Hangus Terbakar

BULUKUMBA – Asrama santri Putra Pondok Pesantren Tahfiz Abu Bakar As-Shidiq Wahdah Islamiyah Bulukumba, di Jl H Parodjai, Desa Taccorong, Bulukumba, terbakar siang tadi, Selasa (31/7/2019). 

Sebanyak empat mobil pemadam kebakaran dikerahkan ke TKP, untuk memadamkan api.

Api diduga berasal dari konseleting listrik hingga menjalar ke plafon salah satu ruangan asrama santri.

Kepala sekolah tingkat Aliya Faris HP, S.Pd.I, SH mengatakan bahwa dugaan sementara kebakaran ini adalah konseleting listrik.

“Dugaan sementara kebakaran yang terjadi di sebabkan karena konseleting arus pendek, sekitar 10.30 saat santri sedang melakukan program,” ucapnya kepada berandankrinews.com

Akibat kebakaran ini, satu asrama hangus terbakar dan dua kamar lainnya mengalami kebakaran pada bagian atap dan palpon, serta kerugian diperkirakan mencapai 350 juta rupiah.

“Kerugian yang diperkirakan sementara dari kebakaran ini sekitar 350 juta,” imbuhnya

Meskipun demikian program belajar mengajar di pondok pesantren tetap di lanjutkan dengan menggunakan fasilitas yang ada.

“Proses belajar akan tetap di lanjutkan agar target-target yang sudah di tetapkan bisa tercapai,” ungkap Andi Muhammad Syawal Kepala Ponpes Tahfiz Abu Bakar Ash-Shiddiq Wahdah Islamiyah Bulukumba

Faris HP mengajak kaum muslimin untuk membantu dalam renovasi asrama santri yang kebakaran yang akan dilakukan dalam waktu dekat.

“Saya mengajak kepada kaum muslimin dan juga kepada kader dan simpatisan Wahdah Islamiyah untuk membantu dalam proses renovasi asrama ini,” tutupnya

Pondok pesantren Abu Bakar Ash-Shiddiq Wahdah Islamiyah Bulukumba telah melahirkan banyak penghafal Al-Qur’an, olehnya itu mari menginfakkan harta kita dalam renovasi gedung asrama dengan transfer ke nomor rekening BSM 747-000-2233 (An. LAZIS Wahdah Bulukumba).

Laporan: Muhammad Akbar

Bupati Wajo hadiri Uji Kompetensi Wartawan (UKW), ini harapannya.

WAJO – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Wajo menggelar kegiatan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang dibuka secara resmi oleh Bupati Wajo, H. Amran Mahmud, di Ruang Pola Kantor Bupati Wajo, Selasa (30/7/2019).

Pembukaan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang juga dirangkaian dengan Workshop Jurnalistik, dan Turnamen Bulutangkis PWI CUP II dihadiri langsung oleh Ketua Umum PWI, Atal S. Depari yang didampingi Ketua Bidang Kerjasama dan Kemitraan PWI, Zulkifli Gani Otto.

Selain itu, turut hadir Ketua PWI Sulawesi Selatan H. Agus Salim, para Ketua PWI se Sulsel diantaranya Ketua PWI Soppeng, Ketua PWI Bone, Ketua PWI Pangkep, Ketua PWI Pare-Pare, Ketua PWI Sidrap, Ketua PWI Pinrang, Ketua PWI Barru, serta Ketua PWI Sulbar dan Bali.

Dalam sambutannya, Bupati Wajo, H. Amran Mahmud menyampaikan kegiatan UKW ini sangat penting karena dengan kehadiran organisasi PWI bisa menjadi wadah perekat, wadah aspirasi, dan wadah pembinaan para wartawan dalam mengawal pembangunan di Indonesia.

“Kehadiran PWI sendiri sangat penting bagi kami. Diawal dan ditahun pertama kami dalam menjalankan tugas pemerintahan tentu butuh kemitraan, butuh sinergitas untuk mengeksplorasi potensi daerah kita, karena sebuah daerah yang ingin maju dan berkembang, harus melibatkan seluruh pilar-pilar pembangunan, salah satunya itu adalah insan pers,” ujarnya.

Olehnya itu, H. Amran Mahmud berharap para wartawan yang mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) bisa lulus dan mendapat predikat wartawan profesional yang berkompeten dan berintegritas sehingga bisa mengawal pembangunan khususnya di Kabupaten Wajo.

“Kalau wartawan kita profesional, berkualitas, memiliki ilmunya, tentu bisa membantu pemerintah dalam mengawal dan menyebarluaskan informasi pembangunan yang dilakukan Pemda, saya optimis pembangunan kita bisa terakselarasi,” harap Bupati Wajo.

Sementara itu, Ketua Umum PWI, Atal S. Depari, dalam kesempatannya mengaku kagum dengan penyambutan yang di berikan Pemerintah Kabupaten Wajo pada pelaksanaan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) di Wajo.

“Pembukaan UKW baru kali ini sehebat ini, penyambutannya luar biasa di kampung saya saja belum pernah saya disambut seperti ini” ungkapnya.

Untuk diketahui, Uji Kompetensi Wartawan yang dilaksanakan PWI Wajo ini diikuti 24 wartawan dari berbagai media massa yang tergabung dalam organisasi PWI, baik itu yang bertugas di Wajo maupun dari luar daerah.

Pelaksanaan UKW sendiri akan berlangsung selama dua hari, 30-31 Juli 2019, di Hotel Puspa Jl. Beringin Sengkang, dengan melibatkan 4 tim penguji dari Dewan Pers.

( Humas Pemkab Wajo )

Profil Desa Lumbewe, Terbentuk Dari Rentetan Sejarah Yang Panjang

Oleh : Mustamin

SEJARAH DESA

Lutim – Desa Lumbewe merupakan salah satu Desa dari 18 (lima belas) Desa yang ada di Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur. Desa Lumbewe terdiri atas 3 (Tiga) Dusun yaitu Dusun Lumbewe, Dusun Pao Bali, Dusun Bambalu. Desa Lumbewe adalh Desa yang terletak pada daerah Dataran Tinggi terbentang pada jalan poros provinsi di wilayah Kecamatan Burau, berikut gambaran tentang sejarah terbentuknya Desa Lumbewe.

Periode Sebelum Tahun 1945

Pada awalnya wilayah Lumbewe adalah merupakan salah satu wilayah yang dihuni oleh sekelompok  masyarakat yang dipimpin oleh seorang Pemimpin yang bergelar Balailo, masa ini berlangsung selama ± 2 (dua) generasi yakni Balailo Lumbewe I dan II, kemudian  pada saat kepemimpihan Balailo II (sekitar tahun 1.870an) dibangunlah “Benteng Bambalu” yang terletak di sekitar wilayah Bambalu tua (Sebelah Selatan Dusun Tembo’e Desa Burau), sebagai tempat pertahanan untuk mengantisipasi masuknya pasukan Kolonial Belanda (VOC).

pada saat Pembangunan Benteng ini terjadi kesalah pahaman antara Balailo II dengan salah seorang saudaranya yang bernama “Maruangin” sehingga Maruangin pindah ke wilayah disekitar sungai Senggeni dan membangun sebuah benteng di wilayah tersebut yang sekarang terkenal dengan nama “Benteng Jalajja”

Di dalam benteng inilah “Maruangi” tinggal dengan membangun sebuah tempat tinggal yang disebut “Salassa” yang merupakan cikal bakal munculnya nama “Jalajja”, Ditempat inilah “Maruangi” melanjutkan kepemimpinan Balailo dan bergelar sebagai “Balailo III”. Atau yang lebih dikenal dengan nama “Ambe Ma’a”

Kemudian setelah Pasukan (VOC) memasuki wilayah ini  melalui pantai Mabonta (sekitar tahun 1900), maka benteng ini yang menjadi sasaran untama untuk dilumpuhkan, kemudian setelah (VOC) melumpuhkan dan menguasai benteng, maka Ambe Ma’a ditangkap dan diasingkan, lalu pasukan belanda menguasai wilayah ini dan menghapus system pemerintahan Balailo, namun untuk menarik simpati masyarakat kemudian Pasukan Kolonial Belanda menggantikan system pemerintahan dengan suatu sistem Pemerintahan yang lebih modern dan mengangkat salah seorang yang ditokohkan didaerah ini dari rumpun keluarga Balailo dengan jabatan “Kepala Kampung” yaitu Bapak “Ambe’na Paera” dan sistem Pemerintahan inilah yang terus berlangsung di daerah ini sampai pada masa pendudukan Pasukan Jepang, Pada saat pendudukan Pasukan Jepang, system Pemerintahan ini terus dipertahankan dan tetap jabatan tersebut dipegang oleh Ambe’na Paera hingga masa kemerdikaan Republik Indonesia (1945).

Periode setelah Proklamasi  17 Agustus 1945 

Sejak Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 kondisi wilayah ini cukup aman sampai pada masa pergolakan beberapa kelompok masyarakat yang terbentuk dalam beberapa Kesatuan bersenjata, seperti DI-TII, Permesta, GPST, dll.

Oleh karena seringnya terjadi kontak senjata antara beberapa kelompok tersebut dan juga dengan Pasukan TNI, maka untuk alasan keselamatan jiwa mereka, masyarakat yang ada diwilayah ini meninggalkan kampung dan hidup didaerah hutan secara berkelompok-kelompok.

kemudian setelah melewati beberapa pergolakan dan akhirnya pada sekitar tahun 1961 situasi keamanan di daerah ini mulai kondusif, maka masyarakat mulai kembali menata kehidupan di daerah ini dan pada akhir  tahun 1962 terbentuklah Pemerintahan  Desa yang disebut dengan Pemerintahan gaya baru (SOB) di Desa Lumbewe dan yang menjadi Kepala Desa Lumbewe pada saat itu adalah saudara “ELIUS TEREKE”. Dengan Ibukota Kecamatan Wotu.

Pada tahun 1967

Setelah memasuki Pemerintahan dalam Sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka terjadilah pembentukan nama desa “Jalajja” yang bersumber dari kata “Salassa” dan wilayahya meliputi wilayah Lumbewe dan dilakukan pemilihan kepala Desa untuk pertama kalinya sedangkan yang menjadi Calon Kepala desa adalah :

Andi Mappasabbi;Amir Mahmud;Mundi, danYudas

Dan yang terpilih pada saat itu sebagai Kepala Desa adalah : “Andi Mappasabbi”

Periode Tahun 1993

Pada tahun 1993 dimekarkanlah Desa Lumbewe dari desa Jalajja dengan Surat Keputusan Bupati Luwu, Nomor 360/IV/1993 yang ditandatangani Bupati Luwu “MD.DJAMPU” dengan status “Desa Persiapan” dan yang menjadi Kepala Desa adalah saudara” H.Baso Opo To Cinde” dan saudara Ibrahim sebagai Sekretaris Desa dengan wilayah yang dbagi mejadi 3 dusun yaitu:

Dusun Bambalu yang dikepalai oleh saudara “Hamu”Dusun Lumbewe dikepalai oleh saudara “Daniel Tariapa”, kemudian setelah beliau meninggal pada tahun 2004 digantikan oleh Bapak “Sudu Tadalangingi” dan setelah beliau meninggal pada tahun 2010 lalu digantikan oleh “Ekeng Launja”Dusun Paobali dikepalai oleh saudara “Andi Parenringi”, kemudian setelah beliau meninggal pada tahun 2005 digantikan oleh saudara “Karappe”

Periode Tahun 1997    

Desa Persiapan Lumbewe menjadi Desa Defenitif dan dan ditunjuk Saudara H. Baso Opu To Cinde sebagai Pelaksana tugas Kepala Desa.

Tahun 2001,

Dilakukan Pemilihan Kepala Desa untuk pertama kalinya di Desa Lumbewe dan saudara H. Baso Opu To Cinde terpilih sebagai Kepala Desa dengan masa jabatan 8 tahun (2001-2009)

Tahun 2009        

Dilakukan Pemilihan Kepala Desa untuk Ke Dua kalinya di Desa Lumbewe dan saudara “Nahris” terpilih sebagai Kepala Desa untuk priode masa jabatan 6 tahun (2009-2015)

Tahun 2013        

Oleh karena pada Pemilihan Umum Legislatif pada tanggal 9 April 2014 saudara “Nahris” mendaftarkan diri sebagai calon Anggota Legislatif pada Partai Golkar, sehingga pada tanggal 12 Desember 2013 dilakukan pemilihan Kepala desa dan terpilih sdr “HM. Bintang Aras, S.AN” sebagai Kepala Desa untuk periode 2014 – 2019

Keadaan Umum pemerintah Desa

Batas Wilayah

–  Sebelah Barat Berbatasan Dengan Desa Jalajja

–  Sebelah Timur Berbatasan Dengan Desa Burau.

–  Sebelah Selatan Berbatasan dengan Desa Burau Pantai

–  Sebelah Utara Berbatasan dengan Desa Batu Putih.

Luas Wilayah Desa Lumbewe 17.55 Km2, yang terdiri areal   persawaan, perkebunan, dan sisimya adalah wilayah pemukiman penduduk.

Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk Penduduk Desa Lumbewe terdiri atas 639 KK dengan jumlah penduduk 2.923 Jiwa

Mata Pencaharian

Penduduk Desa Lumbewe sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai Petani, Wirausaha, Karyawan, ada juga yang bekerja sebagai pegawai Negeri Sipil, berikut perbandingan persentase jenis mata pencaharian penduduk Desa Lumbewe :     Petani (94,5%), Wirausaha(1,3%), Pegawai Negeri Sipil (1,7%) dan Karyawan (2,5%)

Melalui Visi dan Misi Desa Lumbewe, Sesuai dengan kaidah perundang-undangan bahwa RKP Desa harus selaras dengan RPJM Desa, maka RKP Desa Lumbewe Tahun 2017 disusun dengan memperhatikan Visi dan Misi Desa Lumbewe yang tertuang dalam RPJM Desa Lumbewe Tahun 2017, sebagai dasar dalam pelaksanaan pembangunan Desa Lumbewe, yaitu :

“LUMBEWE YANG MAJU, AMAN, DAN BERKEMBANG DALAM BINGKAI KERAGAMAN”

Visi-Misi Desa Lumbewe di samping merupakan visi-misi Kepala Desa terpilih, juga diintegrasikan dengan keinginan bersama masyarakat desa, dimana proses penyusunannya dilakukan secara partisipatif mulai dari tingkat dusun sampai di tingkat desa dalam arti bahwa dalam melaksanakan pembangunan di desa baik pembangunan fisik Maupun non fisik sudah tertuang di dalam Visi dan Misi ini.

Diduga Akibat Obat Nyamuk, Rumah Warga di Sebatik Ludes Dilahap Api

Nunukan (Kaltara)-Sebuah pondok yang berada di Jalan Poros Sianak, Desa Liang Bunyu Kecamatan Sebatik, Kabupaten Nunukan, dilahap si jago merah, Minggu (21/7/19).

Pondok yang berukuran 15 Meter persegi tersebut terbakar sekitar pukul 13.05 Wita.

Kapolres Nunukan AKBP Teguh Triwantoro, SIK, MH melalui Kasubag Humas Polres Nunukan Iptu Karyadi di Nunukan mengatakan, pondok yang terbakar merupakan milik Sudi (53) yang ditinggali seorang pemuda bernama Irwan Bin Hamma (24).

“Jadi Irwan ini sekitar pukul 09.00 bangun dari tidur dan langsung meninggalkan rumah tersebut menuju rumah temannya yang berada di Rt 04 desa Liang Bunyu untuk mencari makan, namun Irwan ini lupa mematikan obat nyamuk bakar yang dibakarnya sebelum tidur dan di letakkan di atas kertas,” Jelas Iptu Karyadi.

Dikatakan Iptu Karyadi, dari keterangan saksi mata, Dewi yang sedang duduk di teras rumahnya melihat ada api yang keluar dari pondok yang dihuni Irwan.

“Saksi memanggil beberapa Masyarakat termasuk ABK Kapal yang sedang sandar di dermaga dekat pondok tersebut dan langsung memadamkan api dengan menggunakan ranting kayu, tetapi api semakin membesar dan menyebar keseluruh pondok,” ungkap Karyadi

Masyarakat setempat yang turut membantu langsung menghubungi Irwan dan petugas pemadam kebakaran Binalawan serta Polsek Sebatik Barat, kata Iptu Karyadi.

Dari keterangan Warga Setempat Petugas Pemadam Kebakaran terlambat tiba dilokasi, sehingga rumah tersebut ludes terbakar.

“Api berhasil dipadamkan sekitar 13.40 setelah Pemadam Kebakaran Binalawan tiba dilokasi Kebakaran dibantu Masyarakat dan Personil Polsek Sebatik Barat,” ungkap Iptu Karyadi.

Atas kejadian kebakaran tersebut, Rumah beserta isinya berupa alat dapur, pakaian dan identitas Irwan serta 1 unit motor Honda Supra tanpa plat nomor polisi ludes terbakar.

“Untuk kerugian material belum dapat diprediksi, sementara masih dalam penyelidikan,”ungkap Iptu Karyadi. (Red)

Menjadi Sorotan, Kemacetan Terjadi Akibat Parkir di Bahu Jalan Depan Rumah Sakit Tenriawaru Bone

Bone,(SulSel)-Banyaknya gedung kantor pemerintah, swasta dan gudang gudang yang tidak memiliki dokumen Andalalin dan surat persetujuan Andalalin yang dikeluarkan oleh pemerintah provinsi Sulawesi Selatan ataupun pemerintah Kabupaten Bone

Salah satu penyebab kemacetan di kota watampone saat ini ungkap syam Arif Sunardi 45 tahun ketua umum Lsm Gaisikindo Toappatunru saat ditemui di warkop 23 samping Rujab bupati Bone Jl MH Thamrin watampone Tanete Riattang Kab Bone Sabtu, 20-07-2019 Pukul 10.30 wita

Dari pantauan Awak media ini, kondisi paling macet itu terjadi didepan Rumah sakit Tenriawaru dan kantor dinas pendidikan Kab Bone
Dari hari senin sampai jumat karena banyaknya kendaraan yang parkir di bahu jalan sedangkan disana sudah dipasamgi Rambu rambut larangan parkir

Bahkan parahnya parkir kiri kanan pak tampa memikirkan pengguna jalan lainnya tutur Herlina 26 mahasiswa salah satu perguruan tinggi dikota ini

Terkadang macet dari depan lampu merah sampai depan gerbang BTN Kayu manis kalau ada mobil truk yang lewat jalan ini, kendaraan Antri memanjang lanjutnya

Kasat lantas polres Bone AKP Muh Thamrin SE berjanji akan segera membuat Rekayasa lalu lintas agar kemacetan bisa dihindarkan di jalur ini, dan akan berkoordinasi dengan pihak Dinas Perhubungan unit lalu lintas jalan Raya ungkapnya

Ditempat terpisah
Kabid saran dan prasarana lalu lintas Dinas Perhubungan Kab Bone H Nashar SE mewakili Kadis Perhubungan menuturkan adanya pipa pembatas yang dipasang pihak Rumah sakit itulah penyebab kemacetan dan sudah berapa kali disampaikan agar dibuka namun sampai saat ini belum ada respon dari pihak Rumah sakit Tenriawaru

Perlu ada penindakan yang melanggar Aturan perparkiran lebih lebih yang melanggar Rambu parkir, adanya pembiaran juga penyebab utama warga masyarakat seenaknya memarkir kendaraan tampa menghiraukan pengendara lainnya,

Parahnya dari Wilayah utara jalan menuju Rumah sakit Tenriawaru ada kami pasang Rambu larang Truk , nah kurangnya penindakan ini yang juga menjadi penyebab kemacetan,

Dari dinas Perhubungan kami sudah pasang Rambu rambunya tinggal penegakan hukumnya dari satlantas karena undang undang No 22 pihak kami tidak berhak melakukan penindakan jelasnya.