Pengurus Lembaga Adat Dayak Kabupaten Nunukan Periode 2019 – 2024 Dikukuhkan

Para pengurus Lembaga Adat Dayak Kabupaten Nunukan bersama Sekretaris Daerah Kabupaten Nunukan, Serfianus dan beberapa tamu undangan sesaat setelah pelantikan. (Foto : Eddy Santry)

Nunukan – Bertempat di Ballroom Laura Hotel Nunukan, Sabtu 19 Oktober 2019 Lembaga Adat Dayak Kalimantan Utara (Kaltara) resmi melantik Kepengurusan Lembaga Adat Dayak Kabupaten Nunukan periode 2019 – 2024. Dalam kepengurusan kali ini, Heri Agung diamanahkan untuk menahkodai LAD Nunukan didampingi Elia Banansip sebagai Sekretaris.

Bupati Nunukan Asmin Laura Hafid dalam sambutanya yang dibacakan Sekretaris Daerah Nunukan Serfianus mengapresiasi atas dikukuhkannya kepengurusan LAD tersebut. Menurut Laura, pelantikan pengurus LAD akan menjadi pewarna dalam kanvas sejarah peradaban Nunukan kedepan.

” Tak bisa kita pungkiri, masyarakat Dayak telah banyak berkiprah dalam sejarah pembangunan Kabupaten Nunukan. Kita harap, dengan dilantiknya kepenguruan LAD ini akan dapat semakin membangkitkan motivasi bersama dalam membangun Nunukan,” tulis Laura

Lebih lanjut Laura berharap, LAD Nunukan kedepan dapat berperan bersama Pemerintah dalam menghadirkan kebijakan – kebijakan yang bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Karena Laura mengakui, kendati saat ini Pemerintah Kabupaten Nunukan telah menjalankan program yang yang diharap dapat menghadirkan kesejahteraan, namun tanpa dukungan elemen masyarakat seperti LAD, sudah pasti program – program Pemerintah akan tersendat.

“Pemerintah memang telah menjalankan program dan kegiatan demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun tanpa dukungan berbagai pihak, sudah pasti program – program tersebut tak dapat beejalan baik. Untuk itu peran LAD ini tentu sangat dibutuhkan,” kata Laura

Laura juga mengungkapkan bahwa masyarakat Dayak terutama di Nunukan sangat toleran, bersahabat dan arif. Sehingga dalam kehidupan bermasyarakat yang multi etnis dan terdiri dari beberapa latar belakang yang berbeda, Laura berharap LAD dapat terus menjadi motor penggerak keharmonisan ditengah kebhinekaan.

“Saya yakin bahwa kedewasaan, kearifan yang selama ini menjadi ciri khas masyarakat Dayak akan terus berjalan,” pungkas Laura.

Sementara Ketua LAD Kabupaten Nunukan Heri Agung mengungkapkan bahwa program organisasinya kedepan adalah menjadi mitra dari kebijakan Pemerintah yang bertujuan mensejahterakan maayarakat Nunukan tanpa kecuali. Heri menegaskan bahwa pihaknya akan mendukung Pemerintah selama kebijakanya berpihak kepada masyarakat namun juga tak akan segan memberi kritikan apabila ada kebijakan yang dinilai tak menyentuh kepentingan masyarakat.

Ketua Lembaga Adat Dayak Kabupaten Nunukan, Heri Agung

“Selama kebijakan Pemerintah berpihak pada masyarakat banyak, wajib bagi kami untuk mendukung. Begitupun sebaliknya, kami akan sampaikan kritikan dan masukan apabila ada kebijakan yang kurang menyentuh kepentingan rakyat banyak. Karena mitra yang sebenarnya adalah mendukung dalam kebenaran dan meluruskan apabila ada kesalahan,” tandas Heri

Dalam mempertahankan keharmonisan kehidupan sosial, Heri mengungkapkan pihaknya akan bergandengan tangan dengan elemen mayarakat lainya. Karena menurut Heri, saling asah, asih dan asuh serta saling menghormati apapaun latar belakangnya, adalah kunci dari terciptanya persatuan dan kesatuan nasional.

“Pelangi itu indah karena berbeda warna. Maka janganlah perbedaan menjadi media untuk berpecah belah namun mari kita jadikan perbedaan sebagai rahmat Tuhan untuk mengisi kehidupan bermasyarakat dan tentunya dalam bernegara,” pungkas Heri. (eddyS)

1 Milyar Bacaan Sholawat Nariyah Akan Dilantunkan Warga Nahdliyin Pada Malam Hari Santri Nasional

Jakarta – Memperingati Hari Santri Nasional ke 3 Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) berencana menggelar berbagai kegiatan dan salah satunya adalah pembacaan 1 Miliar Sholawat Nariyah yang akan dibaca secara serentak oleh warga Nahdliyin (sebutan warga NU) di seluruh Indonesia.

“Pembacaan Sholawat Nariyah akan dibaca secara serentak di seluruh Indonesia usai sholat Isya pada tanggal 21 Oktober 2019,” tutur Ketua Panitia Malam Puncak Hari Santri 2019, Misbahul Munir, Jumat (18/10/2019)

Pembacaan shalawat tersebut, ungkap Misbahul akan digelar di berbagai masjid, pondok pesantren hingga kantor pengurus wilayah dan cabang Nahdhatul Ulama di seluruh Indonesia.

Tak hanya di Indonesia, Misbahul menuturkan bahwa semua Pengurus Cabang NU Istimewa yang ada di luar negeri juga akan menggelar hal yang sama.

Tujuan dari digelarnya pembacaan 1 miliar selawat nariyah tersebut, papar Misbahul, selain mengharap berkah kepada Allah SWT agar Indonesia tetap damai dan terhindar dari segala bencana, juga untuk mendoakan arwah para Pahlawan yang telah berjasa dalam pendirian NKRI.

“Yang pertama tentu karena beraharap ridho dari Allah. Selain itu, tujuan pembacaan satu miliar sholawat Nariyah ini adalah untuk mengenang dan mendoakan para pahlawan yang telah berjasa dalam perjuangan pergerakan maupun mempertahankan kedaulatan NKRI,” ungkap Misbahul.

Khusus di wilayah Jakarta, Misbahul menyatakan kegiatan pembacaan selawat nariyah akan dipusatkan di Masjid KH Hasyim Asyari yang terletak di Jakarta Barat.

Misbahul menjelaskan bahwa kegiatan tersebut nantinya akan dihadiri oleh Mantan Rais Aam PBNU sekaligus Wapres terpilih Ma’ruf Amin, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan hingga jajaran PBNU lainnya.

“Insyaallah yang hadir 10.000 jamaah yang terdiri dari warga NU terutama para santri, di satu titik, itu dilaksanakan di pusatnya di Masjid KH Hasyim Asyari,” pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, menjelang puncak Hari Santri tanggal 22 Oktober 2019, beberapa wilayah telah mengisinya dengan berbagai kegiatan. Seperti di Sebatik, Kalimantan Utara, ribuan Santri telah menggelar upacara dan deklarasi bertemakan kebangsaan pada 17 Oktober 2019 baru – baru ini. (EddyS)

BMPAN Soroti Bupati Soal Lambatnya Penanganan Krisis Air di Sumbawa

SUMBAWA – Sumbawa saat ini mengalami kemarau panjang, akibatnya puluhan daerah mengalami krisis air terutama air bersih. kendati demikian, Pemerintah dalam penangan persoalan ini sangatlah lambat seakan terkesan menutup mata dan telinga. hal ini dikatakan Muhammad Isnaini, Ketua BMPAN Kabupaten Sumbawa, Jumat (18/10/2019).

Menurutnya, hampir di 24 kecamatan di Sumbawa terdapat daerah atau wilayah yang mengalami krisis air akibat kemarau panjang. Bupati Sumbawa sepatutnya hadir dalam persoalan ini, dengan kapasitasnya sebagai kepala daerah guna mengatasi persoalan yang mendera daerah. ” Pak bupati cepat urus krisis air ini, keluarkan anggaran taktis, angaran sakti atau anggaran apalah namanya, perintahkan semua dinas terutama dinas tehnis untuk berpartisipasi dan membangun sinergisitas mengatasi persoalan ini,” ujar Muhammad Isnaini.

Tanpa menggurui Bupati, Ismu memberikan solusi seandainya BPBD berkutat pada persoalan anggaran, maka perintah dinas atau lembaga untuk beramal sedikit dalam mendistribusikan air ke daerah kekeringan ini. iya paling tidak sampai musim penghujan. selain itu, Ismu juga meminta agar Bupati memanggil semua perusahaan di Sumbawa untuk bersatu padu mendistribusikan CSR nya ke pendistribusian air saat ini. ” kalau sudah terbangun sinergisitas ya amanlah krisis air saat ini, bagi zona dan wilayah buat mereka, gak susah kok, yang susah itu ya ogah memikirkannya,” kata Ismu.

Ia meminta agar sejenak sambil kerja politik atau berhenti sejenak memikirkan politik untuk mengurus persoalan krisis air ini. ” nantilah pikir siapa yang maju apa tidak, pikir siapa berpasangan dengan siapa, pikir siapa ketua komisi dan lainnya, sekarang kita fokus pikir krisis air ini,” minta Muhammad Isnaini.

secara organisasi dan pribadi Ismu menyampaikan ucapan terimakasih kepada PMI Cabang Sumbawa, yang terus melaksanakan tugas kemanusiaannya, mendistribusikan air ke daerah- daerah sesuai dengan kemampuannya. ” terimakasih buat PMI yang begitu reaktif dengan kondisi, bekerja tanpa pamrih dan mengerti kebutuhan hari ini,” Tutup ketua BMPAN kepada awak media.

Irwan N Raju

Anggota DPRD Nunukan, Hamsing, Dukung Penuh Sebatik Sebagai Pulau Santri Indonesia

Anggota DPRD Nunukan, Hamsing. (Foto: Eddy Santry)

Nunukan – Penetapan Sebatik sebagai Pulau Santri selain diharapkan dapat mencetak generasi muda yang relijius, juga diharapkan akan menjadi motivasi masyarakat yang bermukim di wilayah perbatasan semakin kental semangat kebangsaan dan nasionalismenya.

Hal tersebut dituturkan oleh tokoh muda perbatasan yang juga anggota DPRD Nunukan, Hamsing. Menurutnya, dengan ditetapkanya pulau Sebatik sebagai Pulau Santri Indonesia oleh Kementerian Agama RI, maka juga akan menjadi identitas positif dari pandangan negatif yang selama ini melekat di wilayah – wilayah NKRI yang berbatasan langsung dengan negara tetangga.

“Tak bisa dipungkiri, tak sedikit pihak yang menilai citra daerah perbatasan selama ini dengan stigma negatif. Baik sebagai jalur ekspansi traficking, masuknya barang ilegal hingga Narkoba. Dengan ditetapkanya Sebatik sebagai Pulau Santri Indonesia inilah maka secara tak langsung akan memangkas stigma negatif tersebut,” tutur Hamsing saat menerima Pewarta di Cafe Calsic Jl. Jend Ahmad Yani, Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara, Kamis (17/10/2019).

Sehingga dengan hal itu, Hamsing menilai bahwa semua pihak seharusnya mendukung penetapan Sebatik sebagai Pulau Santri Indonesia tersebut. Karena menurutnya, tugas menanggulangi ekspansi apalagi faham Radikalisme dan ideologi yang berpotensi merongrong keutuhan NKRI tak hanya menjadi tugas aparat semata.

Keterlibatan masyarakat terutama generasi muda untuk berperan aktif dalam mewujudkan wilayah yang berdaulat menurut Hamsing adalah sebuah keniscayaan. Apalagi Sebatik diketahui acap kali menjadi pintu masuk pelaku teroris yang berhubungan dengan jaringan terorisme di Filipina.

“Dalam hal ini peran serta masyarakat terutama para Santri sangat diperlukan. Terutama dalam menghadang faham -faham yang sangat mungkin disebarkan para teroris itu,” tandas Politisi Partai Hanura tersebut.

Terkait Sebatik sendiri sebagai pintu keluar masuk jaringan teroris pernah diakui oleh Ali Fauzi. Mantan anggota Front Pembebasan Islam Moro (MILF) Filipina tersebut mengungkapkan bahwa Pulau Sebatik sering menjadi pintu keluar masuk ‘militan’ selain faktor geografi juga karena luas wilayah perairanya yang membuat penjagaan kurang maksimal.

“Pulau Sebatik aman digunakan sebagai pintu keluar masuk militan MILF, karena di wilayah tersebut penjagaan tidak terlalu ketat.  Dari Pulau Sebatik kemudian dengan sangat mudah kita bisa masuk ke Tawau (Sabah-Malaysia). Dari Tawau nanti tinggal memilih mau menyeberang ke Filipina, di daerah mana,” paparnya beberapa waktu lalu.

Diketahui, Sebatik merupakan bagian dari Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara yang sebagian wilayahnya berbatasan lansung dengan Sabah, Malaysia baik di darat maupun di laut. Pun dengan Filipina Selatan seperti Marawi, untuk menjangkau wilayah yang pernah menajadi basis militan Abu Sayyaf tersebut dapat ditempuh dalam waktu tak lebih dari 6 jam menggunakan speet boat. (eddyS)

Penetapan Sebatik Sebagai Pulau Santri Akan Memperkuat Nasionalisme di Perbatasan

Nunukan – Usai ribuan Santri di di Sebatik, Kalimantan Utara menggelar uapacara peringatan Hari Santri ke 3 tahun 2019 di Lapangan Sungai Nyamuk, Sebatik Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara), Kamis (17/10/2019), Kementerian Agama RI, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltara, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nununukan, Tokoh Masyakat dan peserta upacara menyepakati penetapan Sebatik sebagai Pulau Santri Indonesia.

Melalui penetapan sebagai Pulau Santri tersebut, Direktur Pondok Pesantren Kementerian Agama RI, KH Asmayadi berharap Sebatik dapat menjadi salah satu garda dari generasi muda yang religius, moderat, patriotik dan pencinta tanah air. Hal tersebut menurutnya karena tak lepas dari geografi Sebatik yang merupakan wilayah perbatasan RI dengan Sabah, Malaysia.

“Sehingga dengan ditetapkanya Sebatik sebagai Pulau Santri Indonesia, masyarakat terutama generasi muda islam akan terpanggil untuk mempertahankan status kehormatan ini,” tutur Asmayadi.

Penetapan Sebatik sebagai Pulau Santri sendiri, ungkap Asmayadi bukan serta merta namun sudah melalui pertimbangan .dan masukan dari berbagai pihak serta melihat eksistensi dari para Santri di Sebatik.

“Tentu setelah melalui pertimbangan yang matang,” tandasnya.

Senada dengan Asmayadi, Bupati Nunukan Asmin Laura Hafid menilai dengan ditetapkanya Sebatik sebagai Pulau Santri, generasi muda islam kedepanya diharapkan dapat meneguhkan diri sebagai suri tauladan yang baik bagi masyarakat. Karena menurut Laura, para Santri secara tak langsung akan mempunyai tanggung jawab moral demi mempertahankan nama besar isalm dan nama baik dari Pulau Sebatik itu sendiri.

“Tentu dengan ditetapkanya pulau Sebatik sebagai pulau santri, secara tak langsung akan menambah perbendaharaan kita dalam tanggung jawab mempertahankan nama baik Sebatik dan Idonesia pada umumnya,” ujar Laura.

Sementara itu, tokoh perbatasan yang juga salah satu pembina di yayasan Pondok Pesantren Mutiara Bangsa, Ustazt Rachmad mengaku terharu atas hal tersebut. Ia menuturkan, memang sebagai masyarakat yang tinggal diwilayah perbatasan, aggresi budaya maupun barang dari negara tetangga sangat terasa.

“Dengan ditetapkanya Sebatik sebagai Pulau Santri Indonesia, maka sudah pasti masyarakat di Sebatik akan merasa terpanggil untuk memerangi intervesi budaya apalagi faham – faham yang berpotensi merongrong Pancasila,” tuturnya.

Mengenai penyematan Sebatik sebagai Pulau Santri Indonesia, Rahmad juga menilai hal tersebut tak berlebihan. Pasalnya Santri terbanyak di Kalimantan Utara. Diketahui di Sebatik terdapat berbagai Pondok Pesantren seperti Ponpes Mutiara Bangsa, Ponpes Asyadiah dan Ponpes Hidayatullah yang didalamnya terdapat ribuan Santri. (EddyS)