Bone,Berandankrimews.com
Penerapan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) oleh pemerintah pusat hingga di daerah, akhirnya membawa dampak pada warga yang tidak bisa mengakses internet.
Kesenjangan akses internet ini pun telah mengakibatkan kesenjangan kualitas pendidikan, berdasarkan kelas sosial ekonomi warga di pelosok kabupaten, seperti di Kecamatan Mare, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Dari fenomena tersebut, memantik legislator Partai Nasdem, Andi Heryanto Bausad, mewujudnyatakan budaya gotong royong sebagai karakter bangsa. Untuk menjamin terlaksananya sistem pendidikan nasional yang terstruktur, dan menjamin hak memperoleh pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia, khususnya di Kabupaten Bone.
“Dengan menyediakan fasilitas jaringan internet gratis bagi pelajar. Hal ini juga merupakan wujud nyata salah satu misi partai kami (Nasdem) agar
pelajar di Kecamatan Mare mampu mengikuti proses belajar secara daring,” kata
Andi Heryanto Bausad, Rabu (19/8/2020).
Ia juga menyampaikan kepada seluruh orang tua dan pelajar, agar tetap patuh dan taat terhadap standar protokol kesehatan ditengah masa Pandemi Covid-19 dalam proses belajar mengajar.
“Penggunaan masker, jaga jarak serta mencuci tangan dengan sabun pada air mengalir, tetap kita sampaikan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Dan tak kalah pentingnya, adalah
pemerintah nampaknya perlu menyiapkan langkah-langkah serius untuk mencegah jangan sampai mereka yang datang dari kalangan menengah ke bawah, semakin tertinggal karena penerapan belajar jarak jauh,”pungkasnya.
Sementara itu, Lembaga penelitian Saiful Mujani Research dan Consulting (SMRC) merilis hasil surveinya, terkait penerapan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) oleh pemerintah, salah satunya terkait warga yang bisa mengakses internet.
SMRC menyebutkan, 24% responden tidak memiliki akses internet, sementara 76% memiliki akses internet. Dari yang memiliki akses internet, hampir semuanya, 95,1%, mengakses internet lewat handphone/smartphone. Di samping lewat smartphone, ada sekitar 25,5% responden yang mengakses internet lewat laptop.
Sebagai bukti, lembaga ini membeberkan, ada 20% responden yang anggota keluargnya masih bersekolah atau kuliah, namun tak memiliki akses internet. Sedangkan sisanya memiliki akses. Jadi ada 20% yang terhambat kegiatan belajarnya semata-mata karena mereka tidak memiliki akses teknologi.
Namun persentase warga yang memiliki akses internet di luar DKI dan Banten jauh lebih rendah, misalnya Jawa barat 71%, Jawa Tengah dan DIY 72%, Jawa Timur 74%, Bali dan Nusa Tenggara 77%, Sumatera 76%. Menyusul Sulawesi 71%, Kalimantan 79%, dan Maluku serta Papua 77%.
Kesenjangan ini semakin terasa kalau dilihat kecenderungan latar belakang pendidikan. Hanya 50% responden berpendidikan SD memiliki akses internet.
Sementara di kalangan berpendidikan SMP naik menjadi 69%, kalangan berpendidikan SMA 88%, dan di kalangan berpendidikan perguruan tinggi mencapai 96%.(Ril)
MIH