APKLI Babel: Patriotisme Ditengah Wabah & Bendera Putih PKL

Merdeka! Pekik anak bangsa sepanjang hari di seantero nusantara. Meski tak bisa ikutan upacara, suasana HUT negeri tercinta yangg ke-76 ini menjadi sangat spesial karena dirayakan di masa-masa pandemi yang telah berlangsung selama 1,5 tahun.

Menguras energi. Meletihkan raga. Membosankan. Setiap hari disuguhi berita-berita tentang kematian, perubahan nama-nama aturan mulai PSBB hingga PPKM. Bahasa ‘elit’ itu makin menandaskan kita sedang dalam pergulatan narasi yang tidak mudah dipahami rakyat kebanyakan.

Berita tentang pengibaran bendera putih dimaknai berbeda. Ada yang menuding macam-macam. Ada yang menganggapnya bentuk kepengecutan, ada pula bagian dari trik oposisi untuk mendistorsi kewibawaan pemerintah.

Sementera perdebatan berlanjut, detik yang sama jutaan pelaku ekonomi kecil harus memutar otak supaya jualan laku. Memaksimalkan jam operasional sebelum Satgas datang.

Cerita tentang PKL pasar malam yang lapaknya ditutup tanpa tahu kapan dibuka menambah beban pikiran. Permohonan APKLI supaya pasar malam dibuka kembali sepertinya harus diperjuangkan melalui cara-cara rakyat.

Wabah pandemi sudah berlangsung 1,5 tahun tapi pemerintah sepertinya belum menemukan metode yang sistematis. Pendekatan masih berubah-ubah dan terkesan tidak yakin. Alasannya karena varian wabah ini bermutasi maka pendekatan pun bermutasi, kira-kira begitu.

Momen HUT RI ke-76, dengan tagline Indonesia Kuat, Indonesia Tumbuh. Jangan menunggu PKL mengibarkan bendera putih. Bukan karena mereka menyerah. Mereka sedang memberi isyarat bahwa pemerintah harus total dan mengajak rakyat bersama-sama dalam tim. Jangan lagi jadikan rakyat sebagai objek yang terbukti tidak berhasil. SEKIAN.

Oleh Mangimpal Lumbantoruan/Ketua APKLI Babel