NUNUKAN – Wakil Bupati H. Hanafiah SE.,M.Si menghadiri acara oembukaan Dialog Kerukunan Umat Beragama Tingkat Kabupaten Nunukan Tahun 2021 yang dilaksanakan oelh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Nunukan di Raing pertemuan Hotel Fortune, (28/06).
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Kepala OPD Kabupaten Nunukan, Kemenag H. M. Saleh. S.Ag., M.Pd, Kakanwil Kemenag Prov.Kaltara yang diwakili oleh Kabag Kepegawaian H.Sopyan S.Ag. M.Pd, tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda serta diikuti 40 peserta Dialog Kerukunan Beragama.
Dalam kesempatan ini Wakil Bupati Nunukan H. hanafiah, SE., M.Si menyampaikan bahwa salah satu kebanggaan sebuah bangsa adalah diberi anugerah Tuhan yan Maha Kuasa berupa masyarakat yang begitu beragam, berbeda- beda sukunya, bahasa dan adat istiadatnya termasuk berbeda-beda pula agama dan kepercayaannya. Perbedaan agama dan kepercayaan tidak lantas membuat saling bermusuhan dan saling membenci, namun yang terjadi justru sebaliknya, di tengah masyarakat tumbuh kearifan – kearifan lokal menyikapi perbedaan agama dan kepercayaan.
Lebih lanjut Hanafiah menympaikan apresiasi dan menyambut baik digelarnya kegiatan “Dialog Antar Umat Beragama” seperti ini.
” melalui dialog yang akrab dan penuh dengan suasana kekeluargaan seperti ini, saya percaya begitu banyak bersamaan yang dapat kita jadikan alasan untuk terus bersatu padu dan bergandengan tangan. Dialog semacam ini juga akan mampu mengikis kecurigaan yang ada di tengah-tengah kita, keakraban para tokoh akan dilihat dan diikuti oleh masyarakat di akar rumput, di level paling bawah, sehingga ikut melakukan hal yang sama” ungkapnya.
H.Hanafiah berharap agar masyarakat dapat tetap bisa menjaga kerukunan umat beragama. Menurutnya keberagaman agama harus dihargai setiap pribadi,
” Kita harus menjunjung tinggi pendapat pribadi orang ketika orang menjatuhkan pilihan kepada agama tertentu, itu kan urusan masing-masing dan kita tidak perlu membawa urusan-urusan keberagaman ini dalam urusan agama lain, tentunya kita harus menghargai itu”, Jelasnya.
Dikatakannya lebih lanjut sudah ada koridornya masing-masing untuk mengerjakan keyakinan dan kepercayaan orang tersebut, dan dalam implementasi ini mungkin perlu diwujudkan.
” Misalnya bagaimana ketika ada umat beragama lain memerlukan tenaga kita dari agama nasrani atau agama islam kita harus bisa membantu mereka ketika mereka membangun rumah-rumah ibadah. Dan tindakan seperti itu benar benar di lapangannya, itu terjadi toleransi yang betul dalam pelaksanaannya bisa terwujud. Dan daerah kita rawan dengan konflik- konflik bersifat agama itu kan sangat sangat sulit untuk kita bisa atasi”, ujar Hanafiah.
Lebih lanjut Hanafiah berharap agar para tokoh agama dan tokoh masyarakat bisa turut berpartisipasi dalam rangka mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan terkait kerawanan konflik agama.
Perkembangan sosial media juga menjadi perhatian, H. Hanafiah berharap masyarakat tidak mudah terpancing ketika membaca berita yang belum tentu benar di media sosial.
” Karena keberagaman agama yang sangat dengan rawannya konflik agama ini dan ketika membaca di sosmed, sosial media atau media lainnya atau cerita-cerita, masyarakat itu tidak mudah terpancing atau terprovokasi. Artinya masyarakat harus bisa bertanya kepada sumber-sumber yang bisa dipercaya sehingga masyarakat kita tidak terjebak kepada persoalan yang tidak penting ini. Kadang-kadang kan kita menanggapi berita berita ini kan bisa bukan nalarnya yang jalan tapi emosinya yang duluan jalan. Hal-hal yang semacam ini bila terjadi sangat sangat merugikan kita semua, jadi sedapat mungkin ketika sesuatu berita ada itu harus diklarifikasi dulu kepada yang memang membidangi nya sehingga sehingga terjadi konflik di antara sesama kita. Ungkap Hanafiah.
(Humas)