Ternyata Mendagri Dan Sekjen Mendagri Satu Angkatan Di Lemhanas


Berandankrinews.com
Jakarta – Bertemu dengan kawan lama satu sekolah, satu kampus atau satu lembaga pendidikan memang menyenangkan.Kisah lama yang pernah terjadi kembali diingat dalam reuni.Itu pula yang dikenang Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian saat hadir di acara Reuni Ikatan Alumni Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) PPSA XVII di
di Gedung Sasana Bahkti Praja (SBP) Gedung C Kementerian Dalam Negeri, di Jakarta Pusat,Jumat (14/2/3/2020).

Gelak tawa pun berderai,saat Menteri Tito kembali mengenang saat jadi peserta pendidikan di Lemhanas.Bagi Tito, reuni itu adalah acara untuk menyambung tali silahturahmi. Yang lama tak bertemu karena terpisah rutinitas bisa bersua kembali. Kembali ngobrol hangat ngalor ngidul, mengenang kebersamaan yang dulu terjalin.Dan,silahturahim memang harus dirawat.Salah satunya lewat acara reuni.

“Memang spirit kita ingin tetap menjalin hubungan silaturahmi,ini paling penting saya kira, kemudian tentunya mengenang kenangan bersama karena kita ada persamaan sejarah yang sama,” kata Menteri Tito.

Dan ada sebuah kisah menarik dari Tito tentang Hadi Prabowo,Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri. Ceritanya mengagetkan.Ternyata,Tito dan Hadi, satu alumni.Sama-sama pernah dididik di kawah candradimuka Lemhanas.

Menteri Tito pun mengawali ceritanya saat ia diberi amanah oleh Presiden Jokowi sebagai Mendagri. Karena amanah itu pula, ia pensiun dini dari kepolisian. Pensiun dari jabatan Kapolri. Padahal,usia aktifnya sebagai polisi bisa dikatakan masih panjang. Tapi, demi amanah,ia harus mundur dari institusi yang dicintainya.

” Begitu masuk kesini yang pertama memang agak warnanya agak sedikit lain karena harus pensiun dini. Jadi kadang-kadang juga merasa juga ini umur 55 tahun 54 kurang berapa hari 55 begitu harus pensiun dini, tapi namanya tugas amanah yang diberikan saya laksnakan. Jadi panggilannya juga sudah menjadi purnawirawan,” ujarnya.

Bertugas di lembaga yang sedikit banyak berbeda dengan Polri, seperti Kemendagri menurut Tito jadi warna tersendiri dalam karirnya. Tapi untungnya di Kemendagri, ada Hadi Prabowo, sosok birokrat yang sudah lama dikenalnya. Hadi, Sekjen Kemendagri kata Tito, adalah kawan satu alumni. Sama-sama pernah di Lemhanas. Bahkan, satu angkatan. Pengalaman Hadi sebagai birokrat yang sudah lama makan asam garam, cukup membantunya untuk cepat beradaptasi di Kemendagri.

” Kemudian masuk kesini (Kemendagri), untungnya saya tahu ada Pak Hadi di sini. Ini Pak Hadi ini kita sudah tahu. Waktu kita di Lemhanas pun kalau sudah bicara pemerintahan daerah mungkin paling khatam itu adalah Pak Hadi. Kenapa? Wong dari lahirnya sudah pemerintahan daerah, pernah jadi lurah, pernah jadi camat, Sekda, pernah jadi Plt Gubernur. Di sini juga sudah lumayan lama. Sudah orang satu kantor ini tidak ada yang berani sama Pak Hadi, karena tak bisa dibohongi gitu.

Jadi itu manfaatnya PPSA XVII karena kita pernah bersama, selalu teman-teman di dalam internal ini saya sampaikan bahwa Pak Hadi adalah satu angkatan saya, meskipun beliau Sekjen yang satu angkatan dengan saya dia. Jadi jangan coba-coba bohongi saya pasti saya tanya Pak Hadi, ” tutur Tito.

Sebagai kawan satu angkatan di Lemhanas, lanjut Tito, ia dan Hadi Prabowo, tak perlu saling mengenal lagi. Langsung klop karena sudah lama saling kenal. Karenanya,ia kompak. Bisa langsung bangun chemistry.

” Sebetulnya ini hanya ingin menggambarkan bagaimana hubungan saya dengan Pak Hadi antara orang pertama dan orang kedua di kementerian ini,sangat bisa kompak karena kita punya sejarah yang sama di PPSA XVII, dan Pak Hadi selalu menyampaikan, Pak enggak hanya pernah sama-sama di PPSA XVII,pak menteri ingat kita di Lido satu tenda lho’ itulah kira-kira,” kata Tito,

Karenanya ia merasa perlu mengucapkan terima kasih kepada Hadi Prabowo. Terutama kerja kerasnya menyiapkan acara reuni, sehingga ia bisa kembali bersilahturahmi dengan kawan-kawan lama di Lemhanas.Tak lupa,Tito juga mengungkapkan, bahwa nanti akan acara yang akan melibatkan para milenial. Para alumni Lemhanas bisa ikut berpartisipasi.Misalnya, jadi pembicara.

” Pada bulan Maret rencananya akan mengadakan acara untuk milenial. Intinya,kira-kira bicara soal kebangsaan tapi dengan target audiencenya kaum milenial, ” ujar Tito.

(Puspen/Leodepari)