SURABAYA – Ciutan disalah satu group whatsapp rekan media menjadi bahan perbincangan. Hal itu dikarenakan pengerebekan judi stasiun Wonokromo Surabaya pada Minggu (29/09/19) lalu. Bahkan, setelah viral diberitakan terkait pengancaman oleh preman perjudian dan prostitusi stasiun Wonokromo terhadap wartawan menjadi sorotan publik.
Patut diapresiasi, pihak Polsek Wonokromo Surabaya langsung menindak tegas kawasan perjudian dan prostitusi tersebut. Berkat informasi yang viral diberbagai media, pihak Polsek Wonokromo berhasil menangkap 5 pelaku terduga bandar dan beberapa pemain judi yang telah berhasil dibawa kekantor polisi.
“Ya, kita telah mengamankan 5 orang yang terdiri dari bandar dan pemain judi diarea bantaran rel stasiun Wonokromo,” ungkap Ipda Ari seperti dikutip dari media online di Surabaya, Selasa (01/09/19).
Tidak dapat dipungkiri, perjudian dan prostitusi stasiun Wonokromo sudah bertahun-tahun beroperasi dan tidak akan pernah bisa tutup, meski berkali-kali ditindak oleh aparat kepolisian, pasti ke’esokan harinya akan beroperasi kembali.
Dari ciutan disalah satu group whatsapp awak media, yang diberi nama forum komunikasi wartawan, ada yang menyampaikan “yang bisa menutup perjudian stasiun Wonokromo berarti hebat” ada juga yang berkomentar minta tolong kepada salah satu wartawan yang menyikapi dalam pemberitaan “minta toleransi jangan ditulis” karena banyak rekan-rekan wartawan ditempat perjudian dan prostitusi stasiun wonokromo yang terlibat didalamnya. “Suatu sejarah besar, kalau bisa menutup judi WK (wonokromo),” salah satu ciutan digroup whatsapp.
Sementara itu, disampaikan oleh sumber yang mewanti-wanti agar tidak menyebutkan nama. Judi stasiun wonokromo adalah rangkaian yang saling terkait, semua “pendekar” berada disitu. Mulai dari oknum Polisi dan oknum TNI hingga oknum wartawan dan oknum petugas Sat-pol PP juga mengambil jatah memalui Heri (nama panggilan preman yang mengancam wartawan).
“Kemaren digerebek Polsek, namun besoknya buka lagi. Percuma juga digerebek, pelaku berani buka karena sudah rutin dan merata jatahnya. Lanjutnya, jatah mereka diambil bervariasi dan berbeda-beda, setiap wartawan diberi jatah 15 ribu sampai 20 ribu, lain lagi dari oknum TNI dan oknum Polisi 30 ribu sampai 50 ribu hingga 100 ribu setiap harinya. Belum juga dari oknum petugas Sat-pol PP,” beber sumber.
Menurut sumber, perbedaan pembagian jatah tersebut membuat emosi dan jengkel mereka karena jatah paling sedikit disuruh ngantri. “Sudah dapat nya segitu oknum Polisi dan Oknum TNI yang didahulukan jatahnya sedang kita wartawan bisa-bisa menunggu sampai pagi (alias ngantri) untuk mendapatkan uang jatah,” ungkapnya (01/10/19).
Lanjut sumber, ada oknum Polsek Wonokromo juga mengambil jatah setiap minggunya melalui Heri yang bertugas sebagai terima tamu khusus judi dadu, “ada tiga titik disitu, judi dadu, judi cap jiki dan prostitusi, ketiga titik itulah yang memberi jatah kepada oknum tersebut.
Bagaimana cara para oknum untuk mengambil jatah dari perjudian dan prostitusi agar tidak terlalu kentara, sumber ini juga mengungkapkan “Cara oknum mengambil jatah diperjudian dan prostitusi stasiun wonokromo melalui seluler, oknum tersebut menelpon Heri untuk memwberitahukan jika mereka akan mengambil jatah ditempat biasa yang mereka tentukan. Setelah berada dilokasi Heri menemui oknum tersebut, begitulah cara mereka mengkondisikan oknum petugas Polisi, TNI dan Sat-pol PP,” terang nya sumber ini yang ingin tempat perjudian tersebut ditutup (01/10/19).(***)