Nunukan – Demokrasi tak hanya terpaku pada sebuah pesta politik bernama Pemilu semata namun dalam mengeluarkan pendapat hingga memilih seorang pemimpin, berbagai elemen kini tengah meneguhkan diri sebagai penganut sistem tersebut.
Setidaknya hal ini yang diperlihatkan oleh Paguyuban Kesenian Mitra Langen Lestari Kabupaten Nunukan. Dalam memilih pemimpin yang akan mengarahkan maju dan mundurnya paguyuban, kelompok seni berbasis tari Reog Ponorogo tersebut pada Sabtu 27 September 2019 di secretariat Paguyuban Keluarga Jawa (Pakuwaja) Nunukan melakukan voting untuk memilih ketuanya.
Dari 2 orang kandidat, Edi Pranowo yang merupakan ketua ‘petahana’ memperoleh 61 suara mengungguli pesaingnya Sudasianto yang memproleh 18 suara.
Edi mengaku berterimakasih atas kepercayaan dari anggota Paguyuban yang menurutnya masih mempercayainya. Dirinya berjanji tak akan menyia –nyiakan amanah yang telah diberikan dan akan tetap istiqomah demi kemajuan seni Kabupaten Nunukan.
“Tentunya saya berterimakasih karena dengan hal ini masih ada yang mempercayai saya. Selanjutnya misi saya adalah semakin meneguhkan seni tradisional sebagai warisan leluhur bangsa yang adiluhung,” ujar Edi
Menurut Edi, pihaknya akan semakin membuka diri kepada publik bahwa Mitra Langen Lestari adalah sebuah paguyuban seni yang tak hanya berdasar melestarikan warisan leluhur semata namun ia menyatakan bahwa Mitra Langen Lestari adalah paguyuban yang terbingkai dalam Bhineka Tunggal Ika.
Ucapan Edi sangat beralasan, pasalnya, kendati Paguyuban seni Mitra Langen Lestari mengusung tarian Jawa, namun faktanya hampir sebagian besar penari justru berasal dari etnis-etnis yang ada di Nunukkan seperti Tidung,Banjar,Timor dan Bugis.
“ Ada beberapa adik-adik dari etnis Dayak yang juga menyatakan minatnya mempelajari Tarian Jawa, tentu kita akan terima dan terbuka dengan senang hati. Pada intinya, Mitra Langen Lestari di Nunukan ini adalah milik kita semua,” tandas Edi
Diketahui, Paguyuban Kesenian Mitra Langen Lestari tak hanya menampilkan hiburan semata. Terbukti, dalam setiap kejadian bernuansa musibah, paguyuban ini kerap menjadi pelopor aksi penggalangan dana dengan cara mengamen keliling Kota Nunukan dan donasi yang terkumpul pun selalu terbilang sangat fantastis karena mencapai puluhan juta rupiah sekali ‘ngamen’. (eddySantry)