NUNUKAN – Film The Santri saat mungkin masuk jajaran film-film fenomenal. Bagaimana tidak, belum diputar Film nya, sudah menimbulkan pro dan kontra terutama di kalangan netizen. Semakin bertambah kontroversial ketika muncul opini dari Maher Thuwalibi bahwa The Santri adalah Film yang menyesatkan.
Mungkin benar kata para leluhur bangsa bahwa apabila sebagian hanya melihat cover dan kemasan tanpa melihat isinya, kita akan terjebak pada opini ketidakbenaran. Salah satunya adalah dengan Film The Santri ini, ketika mengetahui bahwa yang memfatwakan ‘sesat’ itu adalah Maher at Thuawalibi salah seorang yang dalam beberapa videonya menjadi viral karena ‘menyerang’ Jokowi, maka mereka yang antipati terhadap Jokowi akan terpancing mengikuti ucapan Maher tanpa mau melihat, menyelami apalagi memahami Film The Santri yang menjadi substansi dari opini Maher.
Apalagi setelah publik mengetahui bahwa Film The Santri digawangi oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), maka pihak yang selama ini mempunyai kebencian terhadap Nahdlatul Ulama akan menjadikan apapun kebijakan dan karya PBNU sebagai bahan penyalur dendam dan hasutan. Hal ini bisa kita lihat dari banyaknya akun-akun anonim di media sosial yang secara serempak melakukan retwwit, relike atau recoment yang kesemuanya menghakimi Film The Santri adalah sesat. Bahkan tak sedikit para pengguna media sosial melakukan kampaye menentang film tersebut namun ketika diminta menjawab isi The Santri, merela malah kebingungan karena tak mampu menjawab. Mereka hanya mengisyaratkan, apapun yang keluar dari PBNU adalah kesesatan dan wajib ditentang.
Siapa mereka? Jika kita amati dan telusuri baik-baik, hampir semua akun di media sosial yang mengkapanyekan kesesatan The Santri adalah orang-orang yang selama ini berseberangan dengan Pemerintahan Jokowi. Dan ketika Film The Santri menjadi obyek ‘serangan’ mereka, kita akan segera mengetahui bahwa yang sedang mereka target sebenarnya bukan filmnya tapi pihak dibelakang film tersebut yakni PBNU.
Suka atau tidak, PBNU merupakan kepengurusan dari sebuah Ormas Islam terbesar bukan hanya di Indonesia namun juga di dunia. Dan selama ini Nahdlatul Ulama menyatakan sikap tegasnya menjadi salah satu pihak yang akan menjaga konsensus nasional ( Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945). PBNU pula yang keras menolak adanya sistem pemerintahan selain dari 4 pilar kebangsaan di bumi Nusantara apapun bentuknya tak terkecuali Komunisme, Kapitalisme dan Kekhalifahan versi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
Sebagaimana kita tahu, HTI telah dibubarkan oleh Pemerintah dan salah satu pihak yang mendukung pembubaran HTI adalah PBNU. Maka dengan adanya kampanye menentang Film The Santri, kita akan dapat mengetahui bahwa sebagian dari pihak-pihak tersebut adalah simpatian HTI.
Kampanye mereka pun kita akui terbilang cerdik namun apabila kita jeli mengamatinya, maka mereka tak sekedar cerdik tapi juga licik. Dan salah satu ciri khas yang tak bisa mereka tingalkan adalah menciptakan opini berkemasan hoax seperti melaui capture tlailer Film The Santri sebagai picture opini dari Maher Thuwalibi yang dimuat salah satu media nasional.
Tak hanya opini sepihak yang terkesan ‘ngawur’ namun pada capturenya pun menyertakan hoax yang walau sekilas bukan apa-apa tapi imbasnya sangat luar biasa. Foto dalam opini Maher tersebut adalah capture salah satu adegan trailer The Santri yakni seorang gadis menyerahkan sebuah buku dan tasbih kepada seorang lelaki (kekasihnya).
Jika kita perhatikan mulai menit ke 1:10 sampai ke 1:15, adegan penyerahan berlangsung, terdapat dialog singkat yang disampaikan oleh pemeran pria, yaitu ;
“Ku titipkan tasbih dan tulisan ini untukmu, agar kamu selalu ingat Tuhan dan diriku”
Namun dalam opini Maher adegan tersebut mengalami pengeditan dengan menambah tulisan dalam bahasa Arab seolah-olah buku tersebut adalah Kitab Quurotul U’yun. Bagi yang awam, mungkin hal itu tak punya makna. Tapi bagi siapapun yang pernah mengaji terutama di Pesantren, Kitab Quurotul U’yun adalah kitab-kitab yang menjadi pelajaran ahir ketika si Santri sudah akan memasuki bahrera rumah tangga, karena Quurotul U’yun adalah kitab yang berisikan pelajaran tentang hubungan seks antara suami istri.
Melakukan editing tanpa izin saja sudah dipertanyakan maksud dan tujuanya, apalagi menjadi foto yang diterbitkan sebuah media nasional. Walaupun saat ini media yang bersangkutan telah merevisi foto tersebut, namun sudah beredar opini publik bahwa Film The Santri mengajarkan generasi muda untuk melakukan hubungan seks diluar pernikahan. Terbukti, karena foto yang mengalami editing tersebut, hingga saat ini ribuan komentar netizen yang menyiratkan kegeraman pada film The Santri.
Dari hal tersebut kita bisa melihat bahwa begitu masifnya upaya medegradasi PBNU dan betapa sistematisnya cara mereka. Tujuanya sangat jelas, yakni menghilangkan simpati publik terhadap Nahdlatul Ulama. Karena bagi simpatisan HTI dan para pengusung ideologi khilafah (versi hizbut tahrir), NU adalah batu lawan terberat dalam menyebarkan fahammya.
Dari hal ini pula, sebenarnya HTI hanya bubar secara nama. Eksistensi mereka semakin rapi dan sangat sulit diamati karena organisisi mereka tak berbentuk lagi. Dan ini akan semakin menjadi apabila media-media yang seharusnya menjadi corong kebenaran dan sarana edukasi bagi putra-putri Ibu Pertiwi, justru mendukung kampanye terselubung yang salah satunya kita bisa lihat pada pemuatan opini Maher At Tuwalibi atas Film The Santri.
(Eddy Santry : Jurnalis, Aktivis Perbatasan dan Wakil Ketua PC GP Ansor Nunukan)