Berandankrinews.com, Nunukan (Kaltara)-Pembinaan Manajemen Masjid Tahun 2018 yang di selenggarakan Dewan Masjid Indonesia (DMI)Kabupaten Nunukan, di Jl. Ahmad Yani Kelurahan Nunukan Tengah Kecamatan Nunukan, Kaltara, Senin (31/12/18) pukul 13.15 Siang tadi.
Kegiatan Pembinaan Manajemen Masjid dihadiri, Kapolres Nunukan AKBP Teguh Triwantoro, SIK, MH, Wakapolres Nunukan Kompol Imam Muhadi, SH, MH, Ketua MUI Nunukan, Ustadz H. Ibrahim, S. Ag, Ketua DMI Nunukan Drs. Imam Malik, Kasubag Humas Polres Nunukan Iptu M. Karyadi dan Para tokoh agama serta pengurus / imam masjid yang ada di wilayah Kabupaten Nunukan.
Pada kesempatan itu, Kapolres Nunukan AKBP Teguh Triwantoro, SIK, MH menyampaikan kasus terorisme adalah perbuatan yang sangat keji yang dilakukan oleh saudara kita yang belum dapat pengertian tentang hidup di NKRI.
Katanya, Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa sakit secara meluas.
“Kita dapat mencegah dengan menggunakan jaringan intelijen untuk melakukan pemetaan terhadap jaringan radikal tersebut,”Jelas Teguh.
Teguh menambahkan, Aksi teror ini juga menggunakan akses media sosial telegram yang dapat menampung anggota group hingga puluhan ribu. Melawan mereka ini seperti melawan bayangan, sangat sulit untuk di deteksi.
Lanjut Dia, Agama Islam akan di kambing hitamkan oleh para pelaku untuk membuat persepsi bahwa orang Islam sebagai pelakunya.
Menurutnya, Islam radikal orang yang memiliki pemikiran sempit.
“Mulai sejak tahun 2012 ISIS mulai mendominasi teror di Indonesia,” Terang Teguh.
Dikatakannya, Pola rekrutmen jaringan teror dengan melakukan propaganda, menyalah gunakan kajian-kajian keislaman.
Ciri-ciri orang yang sudah terkena dampak paham, salah satunya mendadak anti sosial, mengalami perubahan sikap emosional ketika berbicara seputar pandangan politik dan keagamaan, cenderung tidak senang dengan pemikiran ulama dan organisasi moderat serta membedakan diri dengan umat Islam yang lain.
Jelas Dia, Mayoritas Polri menjadi target para pelaku radikal baik personil maupun objek vital.
Teguh menerangkan, Strategi jaringan teror seperti Jihad Difa’i yang artinya pembelaan terhadap negeri dan kehormatan kaum muslimin.
“Jihad Thalab adalah cara menyerang orang kafir di negeri mereka atau memerangi mereka dimana pun berada, lanjutnya Para pelaku teror dan radikal akan melakukan metamorfosis untuk mengelabuhi,” ungkap Teguh.
Teguh mengatakan, ada beberapa tindakan untuk mencegah aksi teror dan penyebaran radikalisme yaitu
Melaporkan serta mengkordinasikan dengan polri apabila menemukan orang yang dicurigai, lebih memahami ciri-ciri kelompok teror dan radikal, memberikan pemahaman kepada masyarakat serta organisasi masyarakat tentang bahayanya paham radikalisme dan terorisme, serta memberikan pemahaman tentang paham kebangsaan serta Islam moderat di sekolah dan pengajian.
Adapun kegiatan pembinaan manajemen Masjid tahun 2018 bertujuan untuk melakukan pemberdayaan masyarakat berbasis masjid dalam menangkal radikalisme yang merupakan upaya yang terstruktur dan sistematis dalam pola pengembangan masyarakat. (**/Hms Polres)