Soppeng, Berandankrinews.com- Karateka Indonesia asal Kabupaten Soppeng, Sulsel Andi Maysara Jerni Maswara, kembali menyumbang medali untuk Indonesia di Kejuaraan Karate antar Negara Asia (Asia Karate Federation ) yang di langsungkan di kota Kinabalu, Malaysia sejak 26-28 April 2019.
Andi Jerni sapaan atlet karate Indonesia kelahiran Soppeng Sulawesi Selatan, kali ini hanya mampu meraih perunggu untuk Indonesia, yang sebelumnya meraih perak di Kejuaraan Karate Se Asia Tenggara awal april lalu.
Andi Zainal ayah Andi Jerni saat di konfirmasi via cellulernya yang sedang menyaksikan pertandingan karate AKF ini di Kinabalu Malaysia sangat bangga atas apa yang telah dilakukan putrinya.
“Alhamdulillah, Jerni bisa sumbang medali untuk Indonesia walaupun hanya perunggu, saya ucapkan terima kasih dari rakyat Indonesia, khususnya warga Soppeng, Sulawesi Selatan atas doanya untuk Jerni. Begitupun saya ucapkan terima kasih kepada Forki Sul-Sel, Forki DKI dan PB Forki khususnya, atas kerja kerasnya dalam pembinaan sehingga Jerni bisa seperti sekarang ini, ujar Andi Zainal, Minggu (28/4/19).
Di saat yang sama, Andi Jerni mengatakan sangat bersyukur bisa meraih medali, Dia tidak patah semangat dan terus berlatih untuk meraih yang terbaik.
“saya bersyukur bisa meraih medali, namun saya tetap akan berlatih lagi untuk meraih yang lebih baik,” pungkas atlet cantik Indonesia ini.
Diketahui, Jerni bertanding pada kategori Kumite putri kelas 50 kg dan kandas untuk masuk dibabak Final oleh Madori karateka asal Malaysia, namun Madori pun kandas oleh Kobayasi karateka asal Japan di babak final.
Jerni dalam perebutan juara 3 menumbangkan karate Macao dengan 2-0 untuk Indonesia.
Jerni sempat bertanding dengan Kobayasi karateka asal Japan di kejuaraan internasional WKF di Shanghai China pada 2018 lalu, begitupun Madori karateka asal Malaysia saat di Thailand pada awal april lalu, Jerni dikalahkan Madori di babak Final. (Herwan)
Berandannkrinews.com, Nunukan (Kaltara)-Dua Nelayan WNI Diculik diperairan Sabah, Malaysia dan 1 Nelayan Tertembak.
Dari informasi ILO TNI Tawau, Mayor Inf. Ronaldi Konstangin, S.Sos, MM, M.Si mengatakan pada Rabu (5/12) telah terjadi penembakan terhadap satu orang WNI bernama Didi Saviady (40) asal Riau dengan Nomor Passport B1664758.
“Merupakan Kapten Kapal Magtrans II (Tug Boat Tongkang) yang berangkat dari Bintulu menuju Papua New Guinea,” Jelas Ronaldi.
Diungkapkan Ronaldi Sekitar pukul 14:00 Kapal Tug Boat Magtrans II dengan jumlah crew sebanyak 13 orang, 11 orang WNI dan 2 orang Warga Malaysia yang menarik sebuah Kapal Tunda/Tongkang dengan muatan kosong berangkat dari dermaga Bintulu, Serawak Malaysia dengan tujuan Port Moresby Papua New Guinea.
Tambahnya disekitar perairan Kinabatangan, Sabah Malaysia pada koordinat 5°38.375’ N 118°57.439’ E, Didy Saviady melaksanakan Shalat Magrib di anjungan, secara sekilas Sang kapten melihat adanya cahaya dari samping kanan kapal, saat itu kapal berkecepatan 5-6 knot pada saat dijaga oleh Irwan Syukur.
“Kapten Kapal mengintip secara perlahan keluar melalui jendela dan langsung ditembak oleh kawanan OTK yang diperkirakan berjumlah 4 orang bersenjata yang mengunakan topeng, Didy tertembak tepat mengenai paha kiri di atas lutut,” jelas Ronaldi.
Ronaldi menuturkan, setelah mendengar suara tembakan tiga kali oleh kawananan OTK yang diperkirakan menggunakan perahu karet dengan 4 mesin tersebut, Irwan langsung menyampaikan kepada rekannya yang berada di dalam dek untuk menutup jendela dan pintu serta. Muahlim 1 juga mengintruksikan agar menambah kecepatan menjadi 9 knot, sehingga kapal OTK tak mampu menahan gelombang air yang ditimbulkan Kapal Magtrans II.
Dengan kecepatan menjadi 9 knot Muahlim 1, menembakkan tanda isyarat berwarna merah ke udara 6 kali serta membunyikan sirene tanda emergency sambil tetap melakukan panggilan darurat kepada stasiun terdekat melalui Radio Channel 12 dan 16 serta menggunakan HT.
“Hampir 1 jam baru ada jawaban panggilan dari Kapal Tambisan 2 yang berada di sekitar perairan Tambisan, kemudian langsung mengarahkan panggilan kepada pihak ESSCom. Kemudian pihak ESSCom langsung menghubungi melalui HP milik Muahlim 1 karena suara radio kurang jelas,”Jelas Ronaldi.
Lanjutnya, Kapal ESSCom dari Kinabatangan dengan anggota berjumlah 4 orang menjemput Kapten Kapal yang terluka di Kapal Magtrans II beserta 4 orang ABK, kemudian 4 ABK dibawa ke Klinik di Tambisan agar diberikan pertolongan.
“secepatnya dirujuk ke Rumah Sakit Lahad Datu untuk mendapatkan penanganan intensif,” jelas Ronaldi
Kemudian Ronaldi mengungkapkan pada Kamis (6/12/18) sekitar pukul 01.00, Kapal Magtrans II dijemput oleh Pasukan Polis Marin (PPM) Lahad Datu. Selanjutnya diiring menuju ke dermaga PPM Lahad Datu untuk pengamanan maupun olah TKP.
Ronaldi menuturkan pada 10 Desember 2018 diperoleh informasi dari jaringan agen dan sumber terbuka bahwa pada hari Rabu (5/12/18) setelah upaya penculikan yang gagal oleh kelompok penculikan untuk tebusan (kidnapping for ransom group) pada kapal Tugboat di wilayah Pegasus Reef, Pulau Tambisan, Lahad Datu, Sabah. Diperoleh informasi bahwa kelompok penculikan untuk tebusan yang sama terlibat dalam sebuah kasus penculikan lain yakni tiga nelayan yang bekerja pada sebuah kapal Trawl (kapal pukat lengkong) milik perusahaan perikanan di Sandakan, Malaysia.
“Penculikan itu terjadi ketika mereka dalam perjalanan pulang ke Philipina setelah gagal menculik ABK kapal Tugboat Magtrans II dan menembak awak kapalnya, dalam perjalanan pulang mereka bertemu kapal Trawl Malaysia yang sedang mencari ikan di perairan sekitar Pegasus Reef, dan kelompok penculik itupun langsung menaiki kapal Trawl tersebut dan menculik 3 (tiga) ABK-nya, dua orang warga negara Indonesia (WNI) dan satu orang warga negara Malaysia,” Jelas Ronaldi.
Ronaldi mengatakan perkembangan situasi dari kasus penembakan dan penculikan WNI di wilayah perairan timur Sabah (Esszone) menyarankan pimpinan daerah memberikan peringatan dini kepada instansi terkait, agar dapat memberikan himbauan kepada seluruh WNI yang akan berkunjung atau bekerja di Sabah untuk sedapat mungkin menghindari kawasan pantai/perairan timur Sabah karena saat ini diperoleh informasi bahwa aksi teroris ataupun penculikan sedang mencari target yang memiliki umpan balik tinggi dari segi finansial bagi kelompok Abu Sayyaf.
Dengan melihat tidak jelasnya aparat keamanan Malaysia (ESSCom) menanggapi setiap aksi penculikan di kawasan perairan timur Sabah maka sangat diperlukan kerjasama trilateral berkelanjutan (Philipina, Malaysia, Indonesia) untuk monitoring dan pengamanan di laut Sulu dan perairan timur Sabah.
Tambahnya, Perlunya meningkatkan koordinasi yang terbuka, intens dan setara bagi aparat keamanan terkait (Philipina, Malaysia, Indonesia).
“Guna mengoptimalkan pertukaran informasi terkait rencana dan aksi penculikan yang akan dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf sehingga kedepan aksi penculikan untuk tebusan di wilayah laut Sulu dan perairan timur Sabah dapat diminimalisir dan dinihilkan,” terang Ronaldi. (Reta/Hms Polres)
Berandankrinews.com, Nunukan (Kaltara)-Puluhan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Ilegal kembali dideportasi lewat Pelabuhan resmi Tunon Taka Nunukan, Kamis (06/12/2018).
Mereka saat ini berada di Rusunawa Nunukan, yang rencananya akan dibina selama 5 hari.
Di antara TKI mengalami gatal-gatal dan demam
Mereka mengalaminya usai menjalani proses hukum di Malaysia.
“Ya gatal-gatal dan demam, selama dipenjara malaysia ” papar satu TKI yang dideportasi, Andi Zakaria kepada Berandankrinews.com, Kamis (6/12/18) malam.
86 Orang TKI yang dideportasi ke Indonesia, 70 pria dewasa, 13 orang perempuan dewasa
Dua orang anak laki-laki dan satu lagi anak perempuan.
Mereka menjalani proses hukum diantaranya kasus Narkoba, Ilegal, Tinggal lebih lama, dan kriminal lainnya.
Seperti yang dikatakan Kasi Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat, Arbain, bahwa ada 4 orang anak Sebatik yang dideportasi yaitu Andi (20) dengan kasus pencurian dengan ancaman 1 tahun 10 bulan, Saharudin (28) dan Suherman (25) dengan 4 tahun dituntutan dan menjalani hukuman 2,8 Tahun kasus tekong (membawa orang masuk secara ilegal) dan Haras (46) kasus penadah dengan tuntutan 1.3 Tahun menjalani hukuman 10 bulan.
Ia juga mengatakan penanganan tki deportasi diserah terimakan konsulat, nantinya akan memberikan pembekalan kepada deportan selama lima hari.
Dari imigrasi yang memberikan pemahaman bagaimana masuk ke malaysia secara resmi dengan dokumen, kita libatkan juga dari kodim dengan materi pembekalan bela Negara.
“bukan hanya perang saja bela negara, tetapi cukup memiliki dokumen resmi untuk masuk ke Negara orang, itu sudah cukup membela negara membawa nama baik bangsa negar ini,”kata Arbain.
Ia menambahkan kita juga melibatkan dari Dinas Kependudukan dan catatan sipil.
Arbain menuturkan hampir setiap bulan rutinitas ada deportasi disini.
Pertanyaannya kenapa deportasi tetap ada, ini takkan pernah selesai sampai kapanpun.
“karena puncak awalnya mereka masuk secara ilegal, ada yang berkeluarga disana menikah kemudian memiliki anak dan si anak menjadi ilegal tanpa dokumen,” kata Arbain.
Dari 86 TKI dideportasi hampir sebagian over stay, Arbain mengungkapkan ada 14 orang yang awalnya masuk secara resmi, mendapatkan jaminan 1 tahun, habis masa jaminan tidak diperpanjang karena tidak mengerti memperpanjang akhirnya mereka tinggal terus disana, ini lah yang menjadi ilegal.
Arbain menjelaskan sejak januari hingga Desember 2018 TKI deportasi mencapai 3000 lebih.
“total tki dideportasi sejak januari hingga Desember 2018 lebih 3000 deportan,” Ungkap Arbain. (***)
Nunukan Kaltara, BerandaNkriNews.com– Dua pria warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja sebagai Nelayan di Negeri Sabah, Tawau Malaysia Hilang diperairan laut pulau Gaya Semporna, Selasa (11/9) sekitar pukul 02.00 Wita Waktu Malaysia.
Informasi yang dihimpun melalui TNI Angkatan Laut, dua korban selamat Bakri bin Basir (21) dan Tuba Damar (37) mendatangi Petugas TNI AL melaporkan dua Rekan mereka diculik oleh dua pria yang disinyalir suku suluk Filipina dengan bahasa Suluk membawa senjata laras panjang otomatis M16.
Kabarnya, ke Empat Nelayan sedang beristriahat, tiba-tiba lampu kapal padam, Korban merasa curiga ada terjadi sesuatu, kemudian korban keluar lalu mengecek disekeliling kapal untuk memastikan apa yang terjadi, saat korban keluar ia melihat dua pria membawa senjata laras panjang otomatis M16, Korban langsung lari bersembunyi di dalam kamar, Hingga beberapa jam kemudian korban kembali keluar untuk mengecek situasi dan kedua rekannya Juragan Samsul Saguni (40) dan ABK Kusman Yusuf (35) sudah tidak berada diatas Kapal.
Menurut korban selamat,kejadian itu berada di titik koordinat Lat : 4° 40′ 36″ – Long : 118° 43′ 12″ dan penculik itu mengunakan perahu laju (Speedboat) Playwood dengan 2 buah mesin tempel.
Diketahui Korban berada di perairan Pulau Gaya selama 3 hari untuk menangkap ikan menggunakan kapal Dwi Jaya 1 SA- 858/5/F (Milik Pengusaha Malaysia), dengan 15 orang anak buah kapal (ABK) termasuk Juragan. Saat kejadian hanya 4 orang berada di kapal, sementara 11 ABK lainnya berada didaratan Pulau Semporna.
Ke empat Nelayan Warga Negara Indonesia tersebut memiliki dokumen/pasport yang sah.
Diduga Penculikan 2 Nelayan dilakukan kelompok Abu Sayaff yang saat ini sedang mencari dana dengan cara meminta tebusan kepada Perusahaan dan Negara korban Penculikan.