Menengok Nasib Sang Kapolda Pasca ‘Prank’ Donasi Akadi

Ilham Zain, (foto koleksi pribadi)

Heboh hibah keluarga almarhum Akidi kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Selatan (Sumsel)l yang diserahkan melalui Polda Suma Sumsel pada Senin (27/7/2021) lalu berbuntut panjang .Pasalnya, Kapolda Sumsel Irjen Pol.Prof.Dr.Eko Indra Heri S, M.M., dinilai lalai dan memalukan institusi POLRI.

Berbagai pihak berpendapat bahwa sikap Eko Indra tersebut patut mendapat sanksi berat karena dianggap teledor dan terlalu sembrono. Seharusnya, sebagai seorang Kapolda, Eko terlebih dulu melakukan kroscek sebelum memutuskan sebuah kebijakan.

Terlebih dalam memberita acarakan sebuah momen yang pelaksanaanya bertempat di fasilitas resmi milik Polri seperti ruang Rekonfu Mapolda Sumsel, maka sudah pasti acara yang dihelat sudah harus melalui persiapan yg matang.

Maka wajar saja jika ada yang mempertanyakan profesionalisme Eko Indra karena dinilai gegabah menerima apalagi langsung membuat berita acara serah terima ‘donasi’ yang mengatasnamakan Almarhum Akidi.

Padahal jika ditelusuri kembali, mulai dari awal peristiwa sampai pelaksanaan penyerahan simbolis dan sampai hari ini nampaknya kontroversi seputar penilaian dan tanggapan publik sangatlah tajam kepada Kapolda yang kita ketahui mempunyai reputasi cukup baik dan karir cemerlang disamping intelektual tinggi ini.

Tidak urung diskusi di jagad maya dan media elektronik pun mengundang, cemoohan, hinaan dan cacian. Walau tak sedikit pula yang bersimpati terhadap pria yang pernah menjabat sebagai Asisten Kapolri bidang SDM (As SDM) tersebut.

Kapolda yang mengawali karirnya sebagai Kasat Reskrim ketika berkarir di Aceh ini dianggap lalai dan mempermalukan institusi POLRI dan karena kelalaiannya itu ia dinilai perlu mendapat sanksi karena dinilai tidak hati hati (prudent) terhadap suatu hal yg sensitif ini.

Perlu diketahui publik bahwa Kapolda asal Aceh ini telah lama menjalin pertemanan dengan Almarhum Akidi walaupun usia cukup terpaut jauh tetapi pertemanan terus berlanjut

Hingga di kota Palembang.sebagai sesama orang asal Aceh walaupun Akidi adalah turunan Tionghoa asal Aceh yg kebetulan banyak sekali terdapat di Aceh. Bahkan, (maaf: jauh dari maksud rasis)Aceh sendiri sering diplesetkan sebagai singkatan Arab, China, Eropa dan Hindustan.

Ada pertanyaan menarik kenapa Kapolda yang punya pengalaman di Reserse Kriminal bisa serta merta menerima sumbangan yang oleh orang kebanyakan dianggap mustahil dan tidak masuk akal!

Tapi bagi saya, bahkan termasuk Dahlan Iskan (CEO Jawa Post Group) beranggapan adalah suatu hal biasa saja karena sikap orang kaya dunia sering memang aneh dan nyeleneh ..

Untuk urusan makan siang saja, tak jarang para konglomerat dari Rusia rela terbang ke Inggris untuk sekedar makan di restoran terkenal. Yang sudah pasti hal tersebut adalah caranya menghamburkan uang milyaran rupiah bersama keluarga, sahabat dan koleganya.

Bahkan pola tingkah laku aneh terlihat juga ketika seorang milyuner dari Moscow memberikan 1 botol anggur Paris yang berusia ratusan tahun dengan harga fantastis yakni mencapai milyaran Rupiah untuk seorang kawannya yang berulang tahunn

Kalau untuk urusan amal banyak sekali orang kaya dunia (High Riech) dengan tanpa beban menyumbangkan separuh kekayaannya. Pun dengan Brin yg merupakan Presiden Alphabet, ia tercatat memiliki kekayaan sebesar USD 47,5 triliun dan menyumbang sekitar USD 2,20 triliun untuk kegiatan amal.

Brin telah menyumbang ke badan amal yang berfokus pada penelitian Parkinson, termasuk Yayasan Michael J. Fox. Dia juga menyumbangkan USD 1 juta dari pada tahun 2009n

Nama lainnya tidak kalah royalnya adalah Bill Gates serta Jack Ma. Keduanya menyumbangkan natura maupun alat alat kesehatan ke beberapa Negara di dunia dengan nilai nominal mencapai trilyunan rupiah.

Maka, boleh saja Kapolda Sumsel ini beranggapan bahwa mereka yang berlimpah materi saja mempunyai niat dan keinginan untuk membantu sesama. Karena terkait amal, menyumbangkan harta sebagai catatan seorang dermawan ( philantropi) semasa hidupnya hingga catatan dari Tuhan, kita tak berhak menghakimi.

Kabar terakhir yang disampaikan keluarga Almarhum Akidi bahwa dana tersebut ngendon di salah satu Bank di Singapura dan tidak dapat dicairkan sekaligus, kita tunggu saja kelanjutan dari cerita ini tanpa awal menghakimi.

Terlebih kepada Eko Indra yang seumur hidupnya di dedikasikan untuk Polri hanya karena belum terealisasinya sumbangan tersebut, maka sangat zalim apabila negara sampai menjatuhkan hukuman atasnya.

(Penulis: Ilham Zain – Tokoh Perbatasan, Pemerhati Seni dan Akivis Sosial)