NUNUKAN – Patriotisme bukan sebuah pemikiran ataupun watak yang dibawa sejak lahir melainkan karena tempaan keadaan sekitar dimana individu tersebut berada. Maka dari itu perlu pembinaan sejak dini pada setiap generasi agar tercipta sebuah sikap dan perilaku yang muncul dari sebuah keinginan untuk mencintai tanah airnya.
Hal tersebut yang ingin disampaikan Rahmadina, salah seorang aktivis pemerhati pendidikan melalui komunitasnya ‘Lapak Buku’ saat mengajak anak-anak usia dini di Nunukan, Kalimantan Utara, Selasa (17/9/2019).
Bagi wanita cantik yang akrab dipanggil Dina tersebut, anak-anak masih dalam pemikiran yang ‘habut taqli’ atau senang meniru. ” Ya kalau yang ditiru itu positif sih alhamdulillah, kalau negatif? Maka dari itu kita harus berupaya bersama agar pemikiran mereka yang masih polos tersebut semaksimal mungkin kita isi dengan pengetahuan yang akan melahirkan ide-ide besar untuk negeri,” tuturnya.
Penulis buku Setumpuk Rasa Cuek tersebut mengungkapkan bahwa komunitasnya tak hanya bertujuan menumbuhkan minat baca pada anak – anak yang tak sekedar mengajar membaca abjad maupin aksara pada sebuah buku, namun juga diharap akan membangun mental nasiolisme dengan mengejawantahkan bacaanya pada aksara kehidupan dilingkungannya.
“Literasi budaya dan kewargaan tidak hanya menyelamatkan dan mengembangkan budaya nasional, tetapi juga membangun identitas bangsa Indonesia di tengah masyarakat global,” ujarnya.
Apalagi menurut Dina, generasi muda di Perbatasan tak hanya harus menjadi generasi pembela tanah air namun juga harus mampu menjadi generasi unggul dan mampu bersaing dengan bangsa lain kedepan.
Walaupun berada di perbatasan cinta tanah air harus terus dipupuk agar terus tumbuh dengan baik. Selain itu perlunya juga kemampuan untuk memahami keberagaman dan tanggung jawab warga negara sebagai bagian dari suatu bangsa yang patut dimiliki oleh setiap individu.
“Dengan mengajar mereka membaca melalui metode yang kita lakukan, saya berharap mereka akan terpacu berfikir pentingnya sebuah kebersamaan apapun latar belakangnya,” tandasnya. (eddy/santry)