NUNUKAN – Dampak krisis air baku pdam di nunukan menjadi peluang bisnis untuk pengusaha air tangki dan air profil di kalimantan utara(kaltara) sejak 18 april, Jumat (28/04/2023).
Sampai saat ini air baku pdam dikab.nunukan masih mengandalkan curah hujan untuk memasok air baku di dua tempat yakni embung bilal dan embung bolong.
Seorang pengusaha air tangki di nunukan, darwin mengatakan. “pertengahan april tahun ini cuaca didaerahnya memasuki musim kemarau. Sehingga wajar bila pdam nunukan mengalami krisis air baku” kata darwin saat di temui. “Banyak penjual air tangki dadakan muncul saat krisis air baku. Harga jual air tangki juga naik. Situasi normal, biasanya saya jual Rp100 ribu untuk ukuran 1.200 liter. Sejak krisis air naik jadi Rp120-150 ribu, tergantung jarak tempuh dan akses jalan ke rumah pembeli”. Sambungnya.
Darwin juga mengatakan harga jual air tangki masih batas wajar. “Saat normal saya bolak-balik ke sumber air hanya 3-5 kali. Selama krisis sampai 15 kali. Lalu harga jual air di sumber itu Rp20 ribu per profil. Kedengarannya murah, tapi ada biaya BBM, tenaga pekerja, belum lagi uang makan, termasuk rokok,” ucap Darwin.
Dia juga menuturkan keuntungan yang di dapatkan dalam 1x penjualan air bersih hanya Rp50 ribu. “Uang Rp50 ribu untuk biaya hidup di Nunukan itu tidak cukup, Tapi alhamdulillah karena krisis air jadi banyak yang pesan. Kadang saya tidak bisa akomodir semua pembeli, karena air di sumber juga terbatas,” ujarnya menambahkan.
Darwin yang juga merupakan Sekretaris Asosiasi Pengelola Depot Air Minum (ASPADA) di Nunukan, menuturkan krisis air baku berdampak pada produksi air galon yang menurun. Dia juga mengatakan “Kalau harga jual tidak berubah, tapi dampaknya pada produksi air galon jadi menurun.
Biasanya kami produksi 100-150 galon per hari. Saat krisis begini, hanya mampu produksi 70-80 galon. Harga Rp7 ribu per galon untuk konsumen yang minta galon diantarkan langsung ke rumah. Sedangkan air yang dititip ke kios-kios harganya Rp6 ribu per galon,” ujar Darwin.
Darwin berharap kepada Pemerintah Kabupaten Nunukan untuk mencari solusi agar krisis air baku tidak terjadi terus-menerus di daerahnya.
“Menambah Embung itu belum bisa dikatakan solusi yang jitu. Karena air baku di Nunukan masih bergantung dengan dengan air hujan. Harusnya yang dicari itu sumber mata air,” ungkapnya.
(mey)