Oleh: Birgaldo Sinaga
Tadinya saya mengira kasus penyerangan 100 orang tak dikenal di Polsek Ciracas bakal berakhir saling joged antar komandan TNI dan Polri.
Publik sudah sering mendengar dua institusi keamanan ini sering bersenggolan di lapangan yang berujung penyerangan. Penyelesaian kasus senggolan ini biasanya berakhir dengan joged dangdutan. Atau saling bermaafan.
Tapi kali ini berbeda. Kasus penyerangan prajurit TNI AD ke Polsek Ciracas benar2 bikin Kasad Jenderal Andika Perkasa marah besar.
Tidak tanggung2 hukuman diberikan ke seluruh prajurit yang terlibat. Semuanya yang terlibat dipecat.
Pemecatan bagi seorang prajurit adalah hukuman terberat. Bagi prajurit lebih baik mati di medan tempur daripada dipecat dari kesatuan.
Terbayang masa depan yang gelap bakal dihadapi prajurit2 muda itu. Sia2 rasanya menjalani pendidikan militer yang berat itu. Keluarga menanggung malu. Anak istri terbengkalai nasibnya.
Jenderal Andika Perkasa tentu dihadapkan dengan pilihan yang tidak enak. Bagaimanapun prajurit itu anak2nya sendiri. Dalam darah prajurit jiwa korsa adalah jantungnya.
Saya melihat wajah mengeras Jenderal Andika ketika mengumumkan pemecatan itu di depan media. Ia sempat menarik nafas panjang menahan emosinya.
“Lebih baik TNI AD kehilangan 31 prajuritnya daripada nama TNI AD rusak”.
Kata2 tegas Kasad Andika ini tentu tidak main2. Ia seperti memotong jari tangannya sendiri demi harga diri dan kehormatan institusi TNI AD.
Saya teringat dengan ketegasan dan kecepatan Jenderal Andika saat seorang istri Dandim Kendari yang menulis nyinyir kasus penusukan Menkopolhukam Wiranto lalu.
Jenderal Andika langsung memerintahkan pencopotan Dandim Kendari Kol Hendi Suhendi. Kasus itu viral di medsos.
Pesan tegas Jenderal Andika adalah mengirim sinyal keras ke seluruh keluarga besar TNI AD agar para perwira militer menjaga jempol istrinya masing2. Kehormatan harus dijaga sesuai nilai keperwiraan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.
Hari ini, kita melihat kecepatan dan ketegasan Jenderal Andika kembali dalam menjaga kehormatan institusinya. Sekalipun puluhan anak buahnya harus dipecatnya tanpa hormat.
Bravo Jenderal…
Birgaldo Sinaga