NUNUKAN – SALAH satu manfaat penting dari penerapan siaran digital, adalah efisiensi frekuensi. Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara, saat ini ada sekitar 700-an frekuensi yang digunakan siaran televisi (TV) analog. Dengan adanya transformasi teknologi ke siaran digital ini, diharapkan terjadi pengurangan penggunaan spektrum frekuensi yang merupakan sumber daya terbatas itu. “Sedianya, spektrum frekuensi tersebut dapat diberdayakan lebih bermanfaat lagi untuk kesiagaan bencana atau peningkatan pertahanan keamanan negara di wilayah perbatasan,” ucap Rudiantara pada peluncuran program digitalisasi perbatasan “Menjahit Ke-Indonesiaan dari Perbatasan” di GOR Dwikora, Nunukan, Sabtu (31/8) pagi.
Program ini, untuk sementara baru diterapkan oleh 3 siaran televisi nasional. Yakni, Televisi Republik Indonesia (TVRI), Metro TV dan Trans TV. “Banyak sekali keuntungan dari penerapan siaran digital ini. Selain untuk kesiagaan bencana, dimungkinkannya ada layanan dua arah atau berinteraksinya program dan pemirsa melalui data casting. Peluang unsur komersial baru melalui media elektronik yang atraktif,” jelas Menkominfo.
Keuntungan lainnya, televisi digital free to air akan melayani tayangan berbayar video on demanf, online entertainment, dan koneksi internet. “Memungkinkan pula diberikannya layanan high definition television, khususnya program hiburan yang memiliki kualitas bagus dan mampu menyajikan gambar dramatis yang mempunyai aspek ratio layer 16 : 9,” ungkap Rudiantara.
Menkominfo juga menyatakan bahwa proses transformasi siaran analog ke digital ini, berkaitan dengan persiapan realisasi ibukota negara (IKN) baru di Kalimantan Timur. “Saat ini, Kemenkominfo dan operator tengah membahas rencana pembangunan jaringan berkecepatan tinggi di wilayah Kalimantan. Jadi, apabila di Indonesia ada Palapa Ring, kelak mungkin adapula Kalimantan Ring sebagai penopang perkembangan teknologi informasi dan komunikasi IKN di Kaltim, dan wilayah Kalimantan lainnya,” beber Rudiantara.
Kemenkominfo menaksir, saat IKN sudah benar-benar berpindah ke Kaltim maka akan terjadi pelonjakan trafik penggunaan jaringan internet ke luar negeri. “Mungkin dalam 5 hingga 10 tahun mendatang, Kalimantan akan menjadi lokasi gateway internet Indonesia. Dan, bukan tidak mungkin lokasi gateway-nya berada di Nunukan. Lantaran, berada di wilayah paling utara Indonesia,” ulas Menkominfo.
Sementara itu, Gubernur Kaltara Dr H Irianto Lambrie mengakui bahwa fasilitas siaran digital ini memungkinkan masyarakat wilayah perbatasan Kaltara, khususnya di Nunukan ‘merdeka’ atas pelayanan siaran digital. “Kehadiran Menkominfo pun memberikan arti lebih dalam bagi pembangunan bangsa, khususnya masyarakat di wilayah perbatasan. Masyarakat di wilayah perbatasan Kaltara, lebih dominan menikmati siaran televisi juga radio dari negara tetangga, Malaysia. Jadi, program ini juga merupakan bagian dari peningkatan rasa nasionalisme dan kebangsaan masyarakat perbatasan,”
Irianto berharap, program siaran digital ini dapat pula menopang perkembangan dunia kepariwisataan di Kaltara. “Kaltara, meski wilayah baru, namun dari sisi etnik dan kultural sangat “Indonesia”. Lantaran, di Kaltara hampir semua etnik ada di Kaltara. Namun, karena sulitnya akses ke sejumlah wilayah perbatasan maka banyak bidang tak dapat dikembangkan. Salah satunya, pariwisata. Nah, dengan program ini diharapkan upaya promosi di bidang pariwisata dapat lebih digiatkan dan menyebar secara nasional maupun internasional,” tutup Gubernur.
Sebagai informasi, pada peluncuran program digitalisasi perbatasan tersebut, hadir pula Dirut TVRI Helmy Yahya, Direktur BAKTI Anang Latif, dan lainnya.(humas)