Jakarta, Berandankrinews.com- Di hadapan ratusan undangan yang hadir, Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) mengadakan Sosialisasi Cegah Radikalisme dan Kenakalan Remaja. Acara yang dilangsungkan di Gedung Juang Cikini, Jakarta Pusat pada hari Senin (20/5/2019) itu, diadakan menjelang buka puasa bersama.
Di dalam diskusi tersebut terungkap bahwa intoleransi dan bibit-bibit radikalisme sudah masuk dan berkembang di sekolah-sekolah. “Hasil penelitian terbaru dari PPIM UIN Jakarta (2017), dilakukan terhadap siswa/mahasiswa dan guru/dosen dari 34 provinsi di Indonesia. Di antara hasilnya, yaitu sebanyak 34,3 persen responden memiliki opini intoleransi kepada kelompok agama lain selain Islam. Kemudian, sebanyak 48,95 persen responden siswa/mahasiswa merasa pendidikan agama mempengaruhi mereka untuk tidak bergaul dengan pemeluk agama lain. Yang lebih mengagetkan lagi 58,5 persen responden mahasiswa/siswa memiliki pandangan keagamaan dengan opini yang radikal,” tutur Ketua Umum PP IPNU Aswandi Jaelani.
Aswandi menambahkan terkait persoalan yang muncul, mengapa bibit-bibit radikalisme bisa masuk pada kalangan pelajar? Dan bagaimana strategi agar mampu mencegah pemahaman radikalisme memengaruhi cara berpikir pelajar saat ini? “Hal ini menjadi PR besar dan fokus pembahasan bagi kita terutama bagi organisasi kepelajaran seperti IPNU,” jelas Aswandi.
Selain masalah radikalisme. kenakalan remaja, khususnya di kalangan pelajar, juga menjadi perhatian yang utama. Kenakalan ini banyak pemicunya, salah satunya adalah minuman keras! minuman ber-alkohol (minol).
Wakil Ketua Umum Ahmad Imaduddin Abdillah menjelaskan bahwa Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDK!) 2017 mengungkapkan umur mulai minum alkohol terutama pada usia 15-19 tahun pada pria sebesar 70 persen dan wanita 58 persen. “Sementara pada usia 20-24 tahun, pria yang mengonsumsi alkohol sebanyak 18 persen dan wanita 8 persen. Kebanyakan remaja yang mengkonsumsi miras. mengapa dia suka mengkonsumsi minuman keras, alasanya karena saat itu dia galau atau ada masalah. Sehingga langsung minum-minuman keras agar hilang sedikit masalah dalam hidupnya, walaupun hanya sementara tapi bisa menenangkan pikirannya,” ucap Imaduddin.
Selanjutnya Imaduddin menambahkan, “Karena hal inilah yang menyebabkan mereka kecanduan dan menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan minuman tersebut. Sekarang para penikmat minuman keras juga sering mengoplos minuman keras atau yang lebih dikenal dengan miras oplosan, itu yang menyebabkan bahaya bagi tubuh karena tidak tau kadar alkohol yang dikonsumsi.”
“Semoga dengan diberikan pembekalan ini diharapkan simpatisan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) dapat memahami bersama membuat kontra radikalisme dan bahaya minuman keras yang marak terjadi sekarang ini,” tutup Imaduddin