Jakarta – Berandankrinews.com – Keluarga Alumni Program Persahabatan Indonesia Jepang Abad 21 (Kappija-21), bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) Indonesia, didukung penuh oleh Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI), akan menerbitkan buku istimewa berjudul “Dari MRT Tsunami Hingga Doraemon”. Hal ini terungkap saat pengurus teras bersama anggota Kappija-21 melakukan audiensi dengan pihak pimpinan JICA Indonesia di Kantor JICA, Gedung Sentral Senayan II Lantai 14, Jl. Asia-Afrika, Kompleks Plasa Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (16/5/18).
“Kita berencana menerbitkan buku dalam rangka memperingati 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia – Jepang. Buku ini berisi tentang berbagai hal yang ditulis oleh para peserta lomba menulis essay yang dilaksanakan Kappija-21, bekerjasama dengan JICA dan PPWI beberapa waktu lalu,” jelas Mulyono Lodji, Presiden Kappija-21 kepada media ini usai pertemuan dengan pihak JICA.
Buku spesial persembahan Kappija-21 kepada kedua bangsa Indonesia dan Jepang ini, tambah Mulyono, adalah dalam rangka menorehkan jejak sejarah atas perayaan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia – Jepang, 1958 – 2018, yang baru saja berlalu. “Buku penting ini berisi tentang refleksi para pemuda Indonesia atas 60 tahun hubungan persahabatan Indonesia – Jepang,” imbuh lelaki asal Makassar yang berangkat ke Jepang dalam rangka program persahabatan Indonesia – Jepang Abad 21 pada tahun 1999 itu.
Sementara di saat dan tempat yang sama, Sekretaris Jenderal Kappija-21, Wilson Lalengke, menjelaskan keunikan dan keistimewaan buku perdana keluaran Kappija-21 ini. Menurutnya, isi buku tersebut cukup beragam, karena ditulis oleh lima-puluhan generasi muda yang berasal dari berbagai latar belakang pengetahuan, pengalaman, pendidikan, dan domisili serta usia. “Keunikan masing-masing individu penulisnya membuat warna-warni isi buku ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi para pembaca,” ujar Wilson yang juga adalah Ketua Umum PPWI Nasional itu.
Bagaimana tidak, sambung Wilson, para penulis menuliskan refleksi berdasarkan pandangan masing-masing tentang beragam hal sesuai dengan minat dan bekal pengetahuan serta pengalamannya. Cerita tentang MRT di Jakarta yang baru saja diresmikan Presiden RI Joko Widodo, yang merupakan salah satu hasil kerjasama fenomenal Indonesia – Jepang, menjadi topik tulisan salah seorang penulis buku ini.
Sebagian lagi bercerita tentang pengalaman Indonesia menghadapi bencana alam yang cukup sering dialami bangsa Indonesia di hampir seluruh wilayah, persis sama dan sebangun dengan kondisi kebencanaan yang dihadapi bangsa Jepang. Usulan solutif, termasuk program saling membelajarkan antar dua bangsa ‘kakak-adik’ ini dalam mengantisipasi berbagai kemunculan bencana di wilayah masing-masing, dapat kita baca dalam ulasan beberapa penulis. Harapannya, akan terbentuk sebuah kesadaran kolektif dua bangsa Indonesia dan Jepang, yang bukan hanya berhenti pada diksi “Disaster Management” tapi akan mewujud menjadi “Disaster Friend”.
Cerita jenaka, yang tidak jarang mengharukan, juga banyak kita jumpai dalam beberapa tulisan para kontributor buku ini. Ulasan tentang budaya Jepang yang banyak tersirat dalam film anak-anak yang menampilkan tokoh utama Nobita dengan Doraemonnya misalnya, sangat kuat memicu imajinasi kreatif dalam suasana yang relaks, santai dan menyenangkan. Belum lagi keusilan tokoh Sinchan yang tentu akan membuka cakrawala intuitif pembaca dalam menyikapi dunia yang semakin kompleks ini dengan berbagai inovasi positif di lingkungan masing-masing.
Akhirnya, harap Wilson, semoga buku yang merupakan bunga rampai atau kompilasi hasil lomba essay bertema 60 tahun persahabatan Indonesia – Jepang yang dilaksanakan oleh Kappija-21 bekerjasama JICA dan PPWI beberapa waktu lalu ini kiranya dapat terealisasi. “Namun lebih daripada itu, kiranya karya kolaboratif ini mampu memberi manfaat bagi segala generasi di kedua bangsa, Indonesia dan Jepang. Ganbatte kudasai ne!” pungkas alumni PPRA-48 Lemhannas tahun 2012 ini. (APL/Red)