Mewujudkan Jagung Sebagai Salah Satu Penyangga Ekonomi Di Nunukan

Nunukan – Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara merupakan daerah yang berlimpah dalam sumber daya alam. Selain di sektor agraris berupa tanah pertanian dan perkebunan yang subur, sektor bahari atau kelautan pun menyediakan sumber kekayaan yang tidak sedikit.

Namun sampai saat ini pengelolan SDA terutama di sektor pertanian belum maksimal. Luasnya lahan – lahan yang telah dibuka oleh masyarakat banyak yang terbiarkan menjadi lahan tidur bahkan berubah menjadi ladang semak.

“Padahal apabila lahan – lahan tidur tersebut kita kelola dengan secara maksimal, pasti akan sangat bermanfaat untuk pemiliknya maupun masyarakat Nunukan pada umumnya,” ungkap Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemkab Nunukan, Roby Nahak, Selasa (9/2).

Robby mengungkapkan bahwa saat ini Pemkab Nunukan sedang merencanakan maksimalisasi lahan – lahan tidur tersebut sebagai lahan produktif dengan penanaman Jagung secara masal.

Roby menilai, setelah rumput laut mulai meningkat ditambah harga mulai stabil maka Nunukan harus punya alternatif sebagai penyanga ekonomi. Dan menurutnya, Jagung sangat prospek di kembangkan di daerah Nunukan dan memiliki potensi ekonomi yang baik bagi masyarakat.

Lebih jauh Roby menjelaskan, Indonesia masih kekurangan stok jagung hingga mencapai jutaan ton sehingga terpaksa hari mengimpor. Celah inilah yang perlu dijajaki Pemkab Nunukan dengan memprogramkan membuka lahan perkebunan jagung untuk pakan dan dikerja samakan dengan masyarakat.

Roby memaparkan bahwa Jagung memiliki peran yang cukup
penting dan strategis dalam pembangunan nasional dan regional, serta terhadap ketahanan pangan dan perbaikan perekonomian. Disamping itu jagung menjadi penarik bagi pertumbuhan industri hulu dan pendorong
industri hilir di dalam sistem dan usaha agribisnis.

“Dari segi penguatan ketahanan pangan, jagung merupakan makanan alternatif non beras. Bahkan bebarapa daerah seperti Temanggung, Magelang, Wonobo dan daerah lainya, menjadikan Nasi Jagung sebagai makanan favorit pengganti beras,” paparnya.

Dan yang tak kalah penting memurut Roby, budidaya Jagung merupakan potensi bisnis berbasis pertanian yang sangat menjanjikan. Tanaman jagung merupakan tanaman yang dapat di panen dalam kurun waktu yang relatif singkat yaitu kurang lebih 3 (tiga) bulan.

“Maka bukan mustahil apabila dibudidayakan secara benar, jagung akan menjadi salah satu penyanga ekononi di Perbatasan,” tandasnya.

Ketika disinggung pemasaran nantinya, Roby mengungkapkan bahwa saat ini banyak sektor usaha yang menjadikan jagung sebagai bahan bakunya. Dan salah satunya adalah peternakan pakan ternak.

“Saat ini kebutuhan jagung untuk pakan ternak di Indonesia mencapai 10 juta ton per tahun. Dengan pesatnya industri peternakan ahir – ahir ini, tentu permintan jagung juga akan meningkat,” jelasnya.

Roby bahkan merinci analisnya terkait budiaya Jagung tersebut:

Asumsi : bibit ideal yang digunakanl, perkiraan dari panen hasil budidaya jagung ini akan mencapai minimal 15 sd 20 ton basah dan minimal 1000 kg ( 10 ton ) jagung dengan pipil kering.

Estimasi harga jual minimal ; Rp. 5.500,- (untuk jagung pipil kering) Maka pendapatan kotor/omset penjualan adalah ; 10000 kg x Rp 5.500 = Rp 55.000.000

Maka pendapatan dan keuntungan bersih yang di dapatkan per panen adalah : = Total Pendapatan – Total biaya tiap musim = Rp 55.000.000 – Rp15.820.000= Rp 39.100.000

Dan sebagai bentuk keseriusanya, Roby Nahak bahkan saat ini telah mulai menanam jagug di lahan miliknya. Ia menjelaskan bahwa lahan seluas 2 hektar lebih tersebut memang ia khsuskan untuk budidaya jagung.

“Sengaja saya tanam sebagai edukasi kepada masyarakat bahwa budidya jagung adalah hal sangat menguntungkan,” tegasnya.

( Edy / Red )