Kendati tercatat sebagai Provinsi paling muda di wilayah Negara Kesatua Republik Indonesia, namun Kalimantan Utara (Kaltara) tak bisa dianggap sebelah mata dalam kancah Pembangunan Nasional. Terbukti, menurut menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) RI, sepanjang Januari hingga Desember 2018, total ekspor dari Provinsi yang sebagian wilayahnya berada di Perbatasan dengan negara Malaysia tersebut mencapai USD 1,21 miliar.
Dengan fakta nilai tersebut, maka Kalimantan Utara berkontribusi sebesar 0,67 persen dari nilai keseluruhan ekspor nasional. Di mana total ekspor nasional pada periode Januari hingga Desember 2018 mencapai USD 180,06 miliar.
Melalui keterangan tertulisnya yang diterima Redaksi, Rabu (30/1/2019), Gubernur Kalimantan Utara Dr H Irianto Lambrie mengungkapkan bahwa Kaltara menyumbang ekspor non minyak dan gas bumi (Migas) sekitar 90,33 persen dari total ekspor Januari hingga Desember 2018. Dengan demikian menurut Irianto, posisi Kaltara mampu diatas dari beberapa provinsi yang telah lama terbentuk.
“Posisi ekspor Kaltara tahun lalu, menurut data BPS masih lebih baik dibandingkan 12 provinsi lainnya, bahkan yang sudah lama terbentuk. Seperti Sulawesi Tenggara, Bali, DI Yogyakarta, Aceh, Gorontalo dan lainnya. Ini akan terus didongrak, meski kita merupakan provinsi bungsu di Indonesia,” ujarnya.
Lebih jauh Irianto menuturkan, secara regional, Kaltara memang perlu memacu produktivitas ekspornya. Karena diketahui bahwa wilayah Kalimantan hinga kini masih menjadi yang tertinggi diantara wilayah lain sebagai pendongkrak ekspor Nasional.
Sebagaimana diketahui, di area Kalimantan, kontribusi ekspor tertinggi terhadap ekspor nasional berasal dari Kalimantan Timur (Kaltim) yang mencapai USD 18,56 miliar (10,31 persen), lalu Kalimantan Selatan (Kalsel) sebesar USD 8,22 miliar (4,56 persen), Kalimantan Tengah (Kalteng) memiliki nilai ekspor USD 1,90 miliar (1,06 persen), Kalimantan Barat (Kalbar) USD 1,51 miliar, lalu Kaltara (0,67 persen).
Sehingga melihat hal tersebut, Irianto bertekat memacu peluang investasi di Kalimantan Utara. Diantaranya, dengan pembangunan infrastruktur penunjang seperti pelabuhan dan hal maupun sarana lain demi terwujudnya investasi yang nyaman dan aman terutama di wilayah Perbatasan.
“Peningkatan peluang investasi di Kaltara terus dipacu hingga saat ini. Utamanya, terkait dengan pertumbuhan produktivitas ekspor, melalui pembangunan infrastruktur penunjang seperti pelabuhan. Inilah yang menjadi salah satu tujuan dari pengembangan KIPI (Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional) Tanah Kuning-Mangkupadi,” paparnya
Selama ini, menurut Irianto, ekspor dari Kaltara masih bergantung kepada golongan barang non migas, khususnya batubara. Ini lantaran, masih banyak perusahaan batubara yang beroperasi di provinsi ini. Selain itu, ekspor Kaltara juga berasal dari golongan barang kayu dan barang dari kayu, arang kayu; tembakau dan pengganti tembakau dipabrikasi; dan lemak dan minyak hewani atau nabati serta produksi, disosiasinya, lemak olahan yang dapat dimakan, malam hewani atau malam nabati.
“Kita akan terus tingkatkan, agar Kaltara mampu berdaya saing,” tutupnya.
Sebagai informasi, dari total ekspor nasional 2018, kontribusi terbesar berasal dari Jawa Barat yang mencatatkan nilai ekspor USD 30,307 miliar (16,87 persen), Jawa Timur USD 19,07 miliar (10,59 persen), dan Kaltim. Kontribusi total ketiga provinsi itu mencapai 37,77 persen dari seluruh ekspor Nasional tahun lalu. (eddys)