Oleh: *Dr.H.Abdul Wahid, MA*
(Muballigh dan Akademisi Makassar)
Setiap tiba bulan agustus, masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke bersuka cita untuk menyambut peringatan HUT proklamasi yang diadakan setiap tahun. Suka cita ini biasanya diawali dengan beragam perlombaan dan pesta rakyat, mulai dari perkotaan hingga pelosok pedesaan.
Beragam kegiatan perlombaan dan pesta rakyat pun turut menghiasi kemeriahan penyambutan hari proklamasi. Namun pada tahun ini tampaknya masyarakat harus menahan diri untuk tidak melaksanakan kegiatan yang melibatkan penumpukan banyak orang.
Sebagaimana kita ketahui pelaksanaan pesta rakyat yang selama ini dilakukan dengan cara konvensional yakni mengumpulkan masyarakat di satu titik untuk mengikuti berbagai kegiatan tersebut harus dipikirkan kembali secara matang sebab dapat berpotensi menjadi kelaster baru penularan virus COVID 19. Mungkin kalau pun dilakukan perlombaan cukup melalui daring (online) saja.
PJ Wali Kota Makassar Rudy Djamaluddin beberapa hari lalu telah mengeluarkan pernyataan larangan kepada masyarakat kota Makassar untuk mengadakan perlombaan dan pesta rakyat karena situasi pandemi ini belum melandai dari kota Daeng.
Protokol kesehatan harus tetap menjadi skala prioritas bagi seluruh komponen masyarakat sehingga apa yang telah dicanangkan oleh pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran virus di tengah masyarakat bisa terealisasi secara efektif.
Untuk itu masyarakat diharapkan dapat mendukung sepenuhnya upaya pemerintah dalam pencegahan dan penanganan COVID-19 di tengah masyarakat. Bentuk partisipasi ini masyarakat harus konsisten dalam menerapkan protokol kesehatan di lingkungan mereka masing-masing, termasuk pada saat menyambut peringatan HUT proklamasi tahun ini.
Pelaksanaan HUT RI Ke-75 tahun ini sangat bersejarah karena ia hadir di tengah bangsa Indonesia sedang dilanda pandemi COVID-19 sebagaimana dialami lebih dua ratus negara di dunia. Dengan adanya pandemi ini kemudian semuanya menjadi berubah termasuk bentuk kemeriahan masyarakat dalam menyambut HUT proklamasi pun berubah karena adanya pertimbangan protokol kesehatan.
Hadirnya pandemi COVID-19 di tanah air dampaknya sangat luas ia bagaikan bola salju yang terus berputar dan siap menerjang apa pun yang ada di sekitarnya. Di bulan Agustus ini yang merupakan bulan kemerdekaan RI dan biasa diperingati setiap tahun oleh bangsa Indonesia, namun banyak hal baru yang akan ditemukan pada peringatan HUT RI Ke-75 tahun ini.
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, kali ini upacara bendera juga akan digelar dengan mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan, yakni kemungkinan akan dilakukan secara terbatas dan online atau daring untuk menghindari kerumunan orang.
Menurut Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara, Tomo Setya Utama sebagaimna dikutip oleh media, memastikan bahwa peringatan HUT RI akan tetap berlangsung meriah walaupun dilakukan secara sederhana. Apa yang diterapkan oleh istana dalam memperingatai HUT RI tahun ini,
haruslah menjadi barometer bagi seluruh masyarakat Indonesia di daerah, agar melaksanakan rangkaian HUT RI tahun ini, tetap memperioritaskan protokol kesehatan, demi mencegah adanya klaster baru penyebaran virus COVID-19 di tengah masyarakat.
Dalam perspektif Islam telah diajarkan oleh para ulama ushul fiqh ketika umat menghadapi suatu kondisi yang memaksa untuk memilih salah satu dari dua hal pada waktu yang bersamaan, maka wajib hukumnya untuk mendahulukan mencegah mudharat dari pada mengejar maslahat *_“Dar’ul mafasid muqaddamu ‘alaa jalbil mashalih”_*.
Pertimbangan protokol kesehatan yang telah dicanangkan pemerintah selama ini adalah bagian dari upaya mencegah mudharat sebagaimana yang dianjurkan agama agar pandemi ini perlahan diharapkan bisa berkurang bahkan melandai dari kehidupan masyarakat.
Di samping masalah kesehatan yang tidak kalah pentingnya, masyarakat harus secara massif bersinergi dengan jajaran Polri untuk menjaga situasi kamtibmas tetap terjaga dengan baik, agar tidak menambah persoalan baru di tengah bangsa Indonesia sedang terpuruk saat ini.
Situasi kamtibmas bisa terjaga dengan baik khususnya di kota Makassar akan, manakala setiap anggota masyarakat berusaha untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat diantaranya agar tidak mudah terprovokasi dari berbagai informasi yang belum tentu benar (hoax),
termasuk tidak menyebarkan berita hoax, rasis, fitnah dan berbagai issu negatif lainnya terutama melalui media sosial yang berpotensi dapat menimbulkan provokasi dan kegaduhan di tengah masyarakat.
Terlebih kota Makassar saat ini dalam proses melaksanakan tahapan pilkada serentak, maka para kandidat paslon yang akan maju dalam pemilihan wali kota Makassar tahun ini, harus terlibat aktif membantu pemerintah (Polri) dalam memberi edukasi kepada masyarakat, terkait pentingnya menerapkan protokol kesehatan agar dapat mencegah kita dari serangan COVID-19.
Oleh karena itu, sebagai bangsa kita akan kuat dan pasti mampu akan menghadapi berbagai masalah termasuk masalah pandemi COVID-19, jika partisipasi dan sinergitas seluruh elemen masyarakat dan Polri bisa dijaga demi mewujudkan *Indonesia Maju* sebagaimana tema peringatan hari proklamasi tahun ini.