Fashar :Kita Ini Sahabat

:catatan pinggir Bahtiar Parenrengi

Bone,Alakomai.com.
Malam mulai larut, saya pun harus pamit setelah beberapa jam bersilaturrahmi dengan Andi Fahsar M Padjalangi. Saya menggunakan waktu menemuinya saat saya berada di Makassar.

Saya bukan tife orang pendendam ndi, ungkap Puang Baso saat saya pamitan. Itulah pesan yang sangat berharga. Itu diungkapnya kurang lebih 9 tahun silam, saat beliau belum terpilih menjadi Bupati Bone.

Pesan itu semakin terpatri hingga kini. Selalu mengingatnya dan juga menjadi pendorong untuk tetap membangun komunikasi kepada semua orang. Membangun komumikasi berarti membangun silaturrahmi, dan disitulah persahabatan terbangun.

Tentang persahabatan, memang sangat manis untuk dibibir. Tapi sangat sulit mewujudkannya. Sehingga tak salah kata orang bijak, bahwa satu musuh itu terlalu banyak dibanding seratus teman.

Banyak pula orang mengartikan persahabatan adalah jalinan yang teramat suci untuk dikhianati. Sehingga dalam pesan leluhur juga ditegaskan, “Jagaiwi balimmu siseng mualitutui ranemmu wekka seppulo nasaba rangemmu ritu biasa mancaji bali”.
Artinya: “jagalah lawanmu sekali dan jagalah sekutumu sepuluh kali lipat sebab sekutu itu bisa menjadi lawan”.

Menurut pesan itu, terhadap lawan sikap kita sudah jelas, namun yang harus lebih diwaspadai jangan sampai ada kawan berkhianat. Sebab, dengan demikian lawan jadi bertambah, dan membuat posisi rentan karena yang bersangkutan mengetahui rahasia (kelemahan) kita.

Usai mengikuti acara disebuah cafe, Andi Fahsar M Padjalangi sempat bercanda saat ku jabat tangannya.

Dia menatap saya sambil membaca tulisan pada Tshirt yang saya kenakan. “sayangnya saya ndak kebagian baju seperti itu”, ucapnya sambil tersenyum.

Ndak kepikiran memang, untuk memberikan Tshirt dengan tulisan #kitainisahabat. Baju yang diinisiasi oleh sahabat Lukmanul Hakim memang banyak yang minat. Sayangnya Tshirtnya terbatas.

Persahabatan memang tak bisa diukur dengan tulisan atau pun dengan ucapan semata. Perlu tindakan nyata untuk mewujudkan itu. Ibarat Ali bin Abi Thalib yang menjaga Rasul Muhammad SAW.

Ali menggantikan tidur Rasulullah saat akan berhijrah. Saat itu, Rasulullah dan Abu Bakar bersiap hendak berangkat berhijrah. Untuk mengelabui kaum Quraisy yang hendak membunuh Rasullullah, Rasulullah meminta Ali bin Abi Thalib menyamar sebagai dirinya.

Sehingga dalam Islam dijelaskan bahwa, Hanya orang bertakwa yang akan berteman sampai surga. Saling membantu dalam kebaikan, bertemu dan berpisah karena Allah. Persahabatan bukan sebatas hubungan di dunia, namun ia juga akan menentukan posisi kita di akhirat kelak.
“Hari itu para sahabat akan saling bermusuhan. Kecuali orang-orang yang bertakwa”. (az-Zukhruf: 67)

Kini, ditengah serangan Virus Covid-19, kita berada dalam kondisi kecemasan yang amat sangat. Kita dilanda ketakutan dengan penyakit yang mematikan ini.

Perencanaan yang sudah kita agendakan mendadak buyar. Begitu pun pertemuan dengan para sahabat kita juga tak terlaksana pula.

Bone yang berhari jadi ke 690 tahun, pada 6 April juga terkena imbas. Hampir semua agenda yang berkaitan dengan hari Jadi Bone tersebut diundur, atau mungkin saja batal.

Bahkan proyek yang menggunakan Dana Alokasi Khusus terkena imbas yang sangat tajam.
Seperti sekitar Rp44 miliar untuk rehabilitasi jalan di Kabupaten Bone yang batal ditransfer ke kas daerah.

Untuk itulah dibutuhkan kesadaran bersama. Kerja bersama sebagai persaudaraan kita untuk saling memahami, saling bantu membantu, bahu membahu untuk mewujudkan Bone yang Mandiri, Berdaya saing dan Sejahtera. Dan semoga saja Bone bisa terbebas dari virus Covid-19.

Itulah wujud kehadiran si Mata Silompoe, Manurungnge ri Matajang, bahwa bukan lagi jamannya kita si anre bale. Saatnya kita bersatu, karena kita ini sahabat. Dan kata orang bijak, “Sahabat yang baik tak akan mencelakai, namun sahabat yang baik akan senantiasa menasehati, melindungi, dan tulus mengasihi.”